Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

11 Januari 2008

FILE 3 : Tradisi Islam yang Bersumber dari Hindu

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Sekitar bulan Agustus 2007 yang lalu, saya bersilaturrahmi ke rumah teman saya. Pada waktu itu, ibu teman saya tersebut ikut menemui saya yang sedang ngobrol bersama teman saya tersebut. Beliau memberikan saya sebuah salinan materi ta'lim yang baru saja diikutinya. Menariknya, materi kajian tersebut dibuat dan disajikan oleh seorang muslim yang merupakan mantan penganut agama Hindu...........

Ibu teman saya tersebut bercerita, bahwa muslim yang mantan Hindu ini bercerita seputar alasannya masuk Islam. Dulunya ketika masih menganut Hindu, ia pernah menjalani lelaku puasa 40 hari 40 malam untuk mencari kebenaran dari Tuhannya. Qodarulloh, pada hari ke-4o ia mendengar suara adzan, yang menyebabkannya yakin bahwa itulah ajaran yang benar.

Akan tetapi begitu masuk Islam, ia merasa agak heran dan kecewa. Karena mendapati dari sekian banyak 'ulama' dan podok pesantren yang dimasukinya untuk belajar agama yang baru dipeluknya itu, hampir semua ajaran ibadahnya masih berbau dan bercampur ajaran Hindu yang pernah dijalaninya dulu.

Akhirnya Alloh mempertemukannya dengan 'ulama' Islam yang benar-benar 'lurus' sesuai sunnah Nabi Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam. Dari sinilah ia menyadari bahwa sebagian besar umat Islam dalam menjalankan agamanya masih terbawa sebagian ajaran Hindu, yang dulu dipeluknya. Sementara dia sendiri menyadari, bahwa ajaran yang dipeluknya dulu adalah salah.

Oleh karena itu, ia tergerak untuk menyampaikan suara hatinya ini kepada saudaranya sesama muslim yang lain. Hal ini mendorongnya untuk menyusun makalah di bawah ini dan menyampaikannya kepada sesama umat muslim.

Inilah salinan makalah yang dibuatnya tersebut:

.......................

---o0O0o---

TRADISI MASYARAKAT ISLAM

YANG BERSUMBER DARI AJARAN AGAMA HINDU

............................

Oleh Abdul Aziz

Muallaf dari agama Hindu

asal Blitar

masuk Islam tahun 1994

(catatan: pemberian kata yang digaris bawah [ ] merupakan hasil editing agar mudah dipahami)

....................................

Banyak upacara adat yang menjadi tradisi di beberapa lingkungan masyarakat Islam yang sebenarnya tidak diajarkan dalam Islam. Tradisi tersebut ternyata bukan bersumber dari agama Islam, tetapi bersumber dari agama Hindu. Agar lebih jelasnya dan agar umat Islam tidak tersesat, marilah kita telah secara singkat hal-hal yang seolah-olah bermuatan Islam tetapi sebenarnya bersumber dari agama Hindu.

1. Tentang Selamatan yang Biasa Disebut GENDURI [Kenduri atau Kenduren]

Genduri merupakan upacara ajaran Hindu. [Masalah ini] terdapat pada kitab sama weda hal. 373 (no.10) yang berbunyi “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan.

Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyada duweni narah”. [Hal ini] bertentangan dengan

Artinya:”Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:57)

Juga terdapat pada kitab siwa sasana hal. 46 bab ‘Panca maha yatnya’. Juga terdapat pada Upadesa hal. 34, yang isinya:

a. Dewa Yatnya [selamatan]

Yaitu korban suci yang [secara] tulus ikhlas ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud memuji, serta menurut apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri bopo pertiwi.

b. Pitra Yatnya

Yaitu korban suci kepada leluhur (pengeling-eling) dengan memuji [yang ada] di akhirat supaya memberi pertolongan kepada yang masih hidup.

c. Manusia Yatnya

Yaitu korban [yang] diperuntukan kepada keturunan atau sesama supaya hidup damai dan tentram.

d. Resi Yatnya

Yaitu korban suci [yang] diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu yang diberikan (danyangan).

e. Buta Yatnya

Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini (unggahan).

[Hal ini] bertentangan dengan

Artinya:”Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(QS. Al-Baqoroh[2]:170)

[Lihat juga QS. Al-Maidah[5]:104, Az-Zukhruf [43]:22)

Tujuan dari yang [disebutkan] di atas merupakan usaha untuk meletakkan diri pada keseimbangan dalam hubungan diri pribadi dengan segala ciptaan Tuhan, [serta] untuk membantu kesucian/penghapus dosa.

[Hal ini] bertentangan dengan

Artinya;”Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (QS. Az-Zumar [39]:2). Periksa juga surat 18: 110, 39: 65, 16: 36, 7: 59,65,73,85, 4: 116, 6: 88, 17: 39.

2. Tentang Sesajen

Makiyadi sandyan malingga renbebanten kesaraban kerahupan dinamet deninhuan keletikaneng rinubebarening………..”

Sesajen tujuannya memberi makan leluhur pada waktu hari tertentu atau dilakukan pada setiap hari. [Dilakukan] untuk memberikan keselamatan kepada yang masih hidup, juga persembahan kepada Tuhan yang telah memberikan sinar suci kepada para Dewa. Karena pemujaan tersebut dianggap mempengaruhi serta mengatur gerak kehidupan, bagi mereka yang masih menginginkan kehidupan [dan] hasil/rezeki di dunia akan mengadakan pemujaan dan persembahan ke hadapan para Dewa. [Hal ini] juga terdapat pada kitab Bagawatgita hal. 7 no. 22, yang artinya “Diberkati dengan kepercayaan itu, dia mencari penyebab apa yang dicita-citakan”.

[Masalah ini] bertentangan dengan

Artinya:”Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim."(QS. Yunus [10]:106) Periksa juga surat Ghofir: 60.

3. Tentang Wanita Hamil

Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan (telonan, tingkepan). [Hal ini] terdapat dalam kitab Upadesa hal. 46. Dan setelah bayi lahir, ari-ari[nya] terlebih dahulu dibersihkan dan dicampurkan dengan bunga, dan kemudian dimasukkan dalam kelapa/kendil untuk kemudian ditanam. Bila perempuan di kiri pintu, bila laki-laki di kanan pintu dan diadakan genduri (sepasar, selapan, telonan, dst)

Tentang bunga:

Putih : Dewa Brahma

Merah : Dewa Wisnu

Kuning : Dewa Syiwa

4. Tentang Penyembelihan Kurban

Penyembelihan kurban untuk orang mati pada hari naasnya (hari 1,7,4,….1000) [terdapat] pada kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39 yang berbunyi “Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (Mewedha, yasinan, tahlilan)

Bertentangan dengan

Artinya:”Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.An-Al’aam [6]: 162). Lihat juga 27: 80, dan 35: 22

5. Tentang Kuade/Kembar Mayang

Kuade merupakan hasil karya dan sebagai simbol pada manusia atas kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang sebagai penolak balak dan lambang kemakmuran.

Kita harus yakin atas pertolongan Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Artinya:”Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imron [3]: 160)

Sesuai perintah Alloh [mengenai] jalan keselamatan

Artinya:”Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS.Al-Isro’[17]: 15). Periksa juga 39: 55

6. Tentang Mendirikan Rumah

Pada dasarnya rumah yang baru lulus [selesai dibangun], melakukan [hal-hal] sebagai berikut:

a. Membuat carang pendoman (takir)

b. Peralatan jangga wari (tikar, kasur, bantal, sisir, cermin)

7. Tentang Hari/Saptawara [berkaitan dengan mencari rezeki]

Minggu Raditya 5 [arah Timur]

Senin Soma 4 [arah Utara]

Selasa Anggoro 3 [arah Barat Daya]

Rabu Buda 7 [arah Barat]

Kamis Respati 8 [arah Tenggara]

Jum’at Sukra 6 [arah Timur Laut]

Sabtu Sanescara 9 [arah Selatan]

Palawara hari:

Tumanes Legi 5

Pahing 9

Pon 7

Wage 4

Kliwon 8

8. Tentang Pujian [yakni yang dilakukan sesudah adzan untuk menunggu iqomat]

Terdapat pada kitab Rig Weda hal. 10 :”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi asia sustutim” Artinya: ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa Indra Yang Perkasa’.

[Hal ini] bertentangan dengan

Artinya:”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’roof[7]: 205). Periksa juga 7: 55, 19: 1,2,3

.............................................

.........................................

DIKUTIP DARI :

TIM PENYUSUN DAN PENELITI NASKAH BUKU - DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN HINDU DAN BUDHA

................................

  • Roh itu bertingkat kedudukannya, berfungsi menunjang kelestarian alam dan kita yang masih hidup
  • Menunjang kehidupan roh tersebut
  • Meningkatkan kedudukan roh walau di alam Dewata, agar akhirnya manunggal dengan Brahma dan agar tidak terlahir lagi dalam bumi [reinkarnasi]
  • Bahwa amerta adalah santapan yang diperlukan untuk kelestarian para dewa dan roh dewa dan roh suci lainnya. Dan apabila kita berhasil mempersembahkan amerta itu ke hadapan para dewa, maka sebagai imbalan, roh tersebut yang ada hubungannya dengan kita diampuni dan dibebaskan serta berhak mendapat tempat yang lebih tinggi
  • Bahan baku amerta ialah makanan, minuman serta sari rasa yang sedap. Inilah yang dibutuhkan makhluk itu
  • Dengan memenuhi persyaratan, kita bisa memohon amerta untuk kepentingan pribadi maupun dewa dan roh yang lain. Dengan mengorbankan makanan [dan] minuman tertentu dapat dijadikan bahan dasar permohonan. Semakin banyak persembahan atau kurban akan semakin baik. Dan amerta semakin banyak, akhirnya roh pemohon bersama dengan bahan [menyebar] ke alam sekitar melalui suara dengan pemujaan, genta, dan asap dupa.
  • Slametan memberikan kekuatan hidup para dewa, memberikan ampunan kepada roh yang berdosa, [dan] dapat memberikan kesucian pada roh yang sudah diampuni dosanya.
  • Akan tetapi kalau tidak, slametanasura akan bebas mengganggu manusia. Banyak orang sakit, kesurupan, roh orang yang baru meninggal mengikuti sanak keluarga
  • Para dewa akan puas kalau [diadakan] genduri. Sesaji roh suci itu pun akan sering turun ke bumi sebagai tamu luhur bagi masyarakat pemuja sekaligus menurunkan berkah subur makmur panen berlimpah. Dewa akan turun keseluruhan dengan berpasangan, menyantap genduri [dan] sesajen yang dipersembahkan.

---o0O0o---

.

Baca Juga :

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

2 komentar:

  1. Lihat video cuplikan ceramah Abdul Aziz di atas pada link berikut:

    Ternyata Tahlilan bukan dari ajaran Islam

    BalasHapus
  2. Kisah lainnya dari mantan pendeta (pedande) Hindu di Bali yang masuk Islam pada tahun 2010:

    Julaibib - Bagian 1
    Julaibib - Bagian 2

    BalasHapus

Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !