Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

08 Agustus 2018

FILE 374 : Menghadiahkan Fatihah untuk Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam


Bismillaahirrohmaanirrohiim            
Walhamdulillaah,      
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi  wa 'alaa aalihi  wa shahbihi  wa sallam            
Wa ba'du .... .  .


  Hukum Kirim Al-Fatihah untuk Nabi    
Dijawab Oleh:

Ust. Ammi Nur Baits hafidhahullah 
 

Pertanyaan:

Bolehkah menghadiahkan al-Fatihah untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? 
Sering saya lihat pas ada acara-acara di tempat saya.
Matur suwun


Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Di antara prinsip yang perlu dipahami, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan pahala atas semua amal yang dilakukan umatnya. Karena beliau-lah yang pertama kali mengajarkan amal itu kepada umat manusia. Kemudian turun-temurun diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga sampai ke kita.

Dan manusia akan diberi pahala dari amal yang dia lakukan dan amal orang lain yang mengikutinya.

Allah berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata.” 
QS. Yasin [36]: 12

Ayat ini menjelaskan bahwa yang dicatat oleh Allah tidak hanya amal kita, tapi juga dampak dan pengaruh dari amal kita.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

"Siapa yang mengajak kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun."
HR. Muslim 6980 dan Abu Daud 4611

Dalam hadis lain, dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ

"Siapa yang mengajarkan amalan baik dalam Islam, lalu diikuti oleh orang generasi setelahnya, maka dicatat untuknya pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun."
HR. Muslim 6975 

Semua ini menunjukkan bahwa setiap ibadah yang kita lakukan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turut mendapatkan pahalanya. Baik kita hadiahkan ke beliau maupun tidak kita hadiahkan. 

Hanya saja, ada yang perlu dipertimbangkan,
[1] Jika pahala itu tidak kita hadiahkan, maka pahala itu tetap menjadi milik kita, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendapatkannya.
[2] Jika pahala itu kita hadiahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka pahala itu tidak bisa kita miliki (karena sudah dihadiahkan -Sa'ad).

Karena itulah, para sahabat tidak melakukan hal ini, menghadiahkan pahala amal untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Imaduddin Ibnul Athar muridnya an-Nawawi pernah ditanya,

هل تجوز قراءة القرآن وإهداء الثواب إليه صلى الله عليه وسلم وهل فيه أثر؟

Bolehkah membaca al-Quran dan menghadiahkan pahalanya untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Adakah dalil praktek sahabat dalam masalah ini?

Jawaban yang beliau sampaikan,

أما قراءة القرآن العزيز فمن أفضل القربات ، وأما إهداؤه للنبي صلى الله عليه وسلم فلم ينقل فيه أثر ممن يعتد به ، بل ينبغي أن يمنع منه ، لما فيه من التهجم عليه فيما لم يأذن فيه ، مع أن ثواب التلاوة حاصل له بأصل شرعه صلى الله عليه وسلم ، وجميع أعمال أمته في ميزانه

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw2gXrgbCTG55mZDBx_qT0ivB74u3vu45A-sjPP4VFeqkn6mtjyh69MW1pNqR1WJ9X5ZCJ9NSjgwPgfvf6FTj7kgIruRBydEDxWoKNuULDe-dOz3KF9hpvTS3cwti-6kRI4XEhYNjYQzc/s1600/r.jpg
Membaca al-Quran, termasuk amal soleh yang sangat utama. Akan tetapi, menghadiahkannya untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pernah ada nukilan yang bisa dipertanggung jawabkan. Bahkan sebaliknya, selayaknya amalan ini dicegah karena termasuk membebani diri yang tidak disyariatkan. Sementara pahala bacaan al-Quran juga beliau dapatkan, disebabkan beliau yang pertama kali mensyariatkannya. Dan semua amal umatnya juga sama. (Mawahib al-Jalil, 3/520).

Kemudian juga dinyatakan oleh as-Sakhawi –murid Ibnu Hajar al-Asqalani–, beliau ditanya tentang orang yang membaca al-Quran, lalu dia hadiahkan pahalanya untuk menambah kemuliaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jawaban beliau,

هذا مخترع من متأخري القراء لا أعلم لهم سلفا فيه

Ini perbuatan bid’ah, yang dibuat-buat oleh para pembaca al-Quran generasi belakangan ini. Saya tidak mengetahui adanya ulama pendahulu untuk mereka dalam masalah ini. (Mawahib al-Jalil, 3/520)

Syaikhul Islam memiliki satu catatan dalam masalah ini, berjudul: Ihda’us Tsawab ila an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menyimpulkan,

لم يكن من عمل السلف أنهم يصلُّون ويصومون ويقرؤون القرآن ويهدون للنبي صلى الله عليه وسلم ، كذلك لم يكونوا يتصدقون عنه ، ويعتقون عنه ؛ لأن كل ما يفعله المسلمون فله مثل أجر فعلهم من غير أن ينقص من أجورهم شيئاً

Tidak pernah ada amalan para sahabat, bahwa mereka shalat, puasa, atau membaca al-Quran, kemudian mereka hadiahkan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga tidak bersedekah atau membebaskan budak atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena semua yang dilakukan kaum muslimin, beliau mendapatkan pahala seperti pahala amal mereka, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. (Ihda’ ats-Tsawab ila an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 125).

Meskipun ada juga ulama yang membolehkan. Mereka berdalil dengan praktek Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau pernah umrah atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun riwayat ini tidak jelas, dan dinilai lemah para ulama.

Diantara yang membolehkan adalah al-Buhuti – ulama hambali – beliau mengatakan,

كل قربة فعلها المسلم وجعل ثوابها أو بعضها كالنصف والثلث أو الربع لمسلم حي أو ميت جاز ذلك ونفعه ذلك، لحصول الثواب له، حتى لرسول الله صلى الله عليه وسلم

Semua ibadah yang dilakukan muslim, dan dia hadiahkan semua pahalanya atau sebagiannya, seperti setengah, sepertiga, atau seperempat kepada muslim yang lain, baik masih hidup atau sudah mati, hukumnya boleh dan bisa bermanfaat bagi penerima. Sampaipun untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Kasyaf al-Qina’, 2/147).

Hanya saja pendapat ini tidak tepat, karena tidak didukung dalil atau praktek para sahabat di masa silam. Sementara mereka sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun mereka tidak menghadiahkan amalnya untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian, Allahu a’lam.


*****
Sumber: konsultasisyariah.com

Subhanakallohumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika   
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin

01 Agustus 2018

FILE 373 : Lalai Berzakat Maal, Apakah Wajib Qadha'?

Bismillaahirrohmaanirrohiim            
Walhamdulillaah,      
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi  wa 'alaa aalihi  wa shahbihi  wa sallam            
Wa ba'du .... .  .


  Adakah Qadha Zakat Maal?    
Disusun Oleh:

Ust. Ammi Nur Baits hafidhahullah 
 

Pertanyaan:

Jika ada orang yang tidak membayar zakat selama beberapa tahun, apa yang harus dilakukan? Jika sekarang dia ingin bertaubat, apakah zakatnya menjadi gugur?


Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Orang yang menunda pembayaran zakat, dia berdosa. Sehingga wajib bertaubat.

Imam Ibnu Utsaimin ditanya tentang orang yang tidak bayar zakat selama 4 tahun. Jawaban beliau,

هذا الشخص آثم في تأخير الزكاة ؛ لأن الواجب على المرء أن يؤدي الزكاة فور وجوبها ولا يؤخرها ؛ لأن الواجبات الأصل وجوب القيام بها فوراً ، وعلى هذا الشخص أن يتوب إلى الله عز وجل من هذه المعصية

Orang ini berdosa karena menunda zakat. Karena kewajiban seseorang adalah segera menunaikan zakat setelah tiba waktunya dan tidak menundanya. Karena pada asalnya, semua kewajiban harus dikerjakan segera. Karena itu, orang ini wajib bertaubat kepada Allah dari maksiat ini. (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 18/211)

Setelah taubat, apakah kewajiban zakatnya gugur?

Dalam ibadah zakat, ada 2 unsur:

[1] Beribadah kepada Allah
[2] Menunaikan hak fakir miskin dan semua orang yang berhak menerimanya.

Hak untuk orang lain tidak bisa gugur sampai dia ditunaikan.

https://www.flickr.com/photos/143993584@N07/31912924596
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya,
Ada orang yang tidak membayar zakat selama 5 tahun karena tidak punya perhatian dengan zakat. Sekarang dia bertaubat. Apakah kewajiban zakatnya menjadi gugur? Jika belum gugur, apa yang harus dilakukan?

Penjelasan Imam Ibnu Utsaimin:

الزكاة عبادة لله عز وجل وحق للفقراء ، فإذا منعها الإنسان كان منتهكاً لحقين: حق الله، وحق الفقراء وغيرهم من أهل الزكاة، فإذا تاب بعد خمس سنوات – كما جاء في السؤال – سقط عنه حق الله عز وجل لأن الله تعالى

Zakat adalah ibadah kepada Allah dan menunaikan hak orang fakir. Ketika seseorang tidak membayar zakat, dia melanggar 2 hak, hak Allah dan hak orang fakir dan semua yang berhak menerima zakat. Jika dia bertaubat setelah 5 tahun – seperti yang disampaikan dalam pertanyaan – maka taubatnya menggugurkan hak Allah, karena Allah berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ

“Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. as-Syura: 25)

Kemudian Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,

ويبقى الحق الثاني وهو حق المستحقين للزكاة من الفقراء وغيرهم ، فيجب عليه تسليم الزكاة لهؤلاء وربما ينال ثواب الزكاة مع صحة التوبة ؛ لأن فضل الله واسع

Selanjutnya yang tersisa hak kedua, yaitu hak para penerima zakat, orang fakir dan yang lainnya. Sehingga tetap wajib menyerahkan zakat kepada mereka. Dan bisa jadi dia mendapat pahala karena taubatnya sah. Karunia Allah sangatlah luas. (Liqa’at Bab al-Maftuh, volume 12 – no. 494).

Demikian, Allahu a’lam.


*****
Sumber: konsultasisyariah.com

Baca Juga:  

Subhanakallohumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika   
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin