Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

09 September 2023

FILE 441 : Kisah Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa 'Alaihimussalaam

Bismillaahirrohmaanirrohiim             
Walhamdulillaah,      
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi  wa 'alaa aalihi  wa shahbihi  wa sallam            
Wa ba'du
...

Hadits Shahih tentang Kisah Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa 'alaihimussalaam

Disusun oleh:
Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari hafidhahullaah
 
 
NABI ADAM DAN MALAIKAT MAUT
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia bercerita: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
 
“Ketika Allah Ta’ala menciptakan Adam ‘alaihissalam, Allah Subhanahu wa ta’ala mengusap punggungnya, lalu keluarlah dari punggungnya keringat yang dengannya Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan anak keturunannya sampai hari kiamat kelak, dan menjadikan pada setiap orang mata dari cahaya, setelah itu mereka ditampakkan kepada Adam.

Adam bertanya kepada Allah: “Ya Rabb, siapakah mereka? Allah Subhanahu wa ta’ala menjawab: “Mereka semua adalah anak keturunanmu”. 
 
Lalu Adam melihat ada seseorang yang menakjubkannya, dengan sinarnya yang  terang pada kedua matanya. Lantas beliau menanyakan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala: “Ya Rabb, siapakah orang itu? Allah Subhanahu wa ta’ala menjawab: “Dia adalah keturunanmu yang berada nanti di akhir zaman, ia dipanggil dengan nama Dawud”. 
 
Beliau menimpali: “Ya Allah, berapa Engkau jadikan umurnya? Allah Subhanahu wa ta’ala menjawab: “Enam puluh tahun”. 
 
"Ya Allah, tambahkan padanya empat puluh tahun dari umurku, tambah Adam.

Tatkala sudah saatnya Adam meninggal, maka dirinya didatangi malaikat maut. Akan tetapi Adam enggan dan mendebatnya: “Bukankah masih tersisa umurku empat puluh tahun lagi? Malaikat tersebut menjawab: “Bukankah telah kamu berikan kepada keturunanmu Dawud?.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meneruskan: “Adam mengingkari janjinya, maka anak keturunannya pun sama suka ingkar. Adam lupa dengan janjinya, sehingga anak keturunannya pun sama. Adam alpa maka anak keturunannya pun menirunya”.

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Sa’di di dalam ath-Thabaqaat, dan al-Hakim, beliau men-shahih-kan hadits ini dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi.

Berkata Imam at-Tirmidzi mengomentari hadits ini: “Hadits Hasan Shahih“. Dan hadits ini mempunyai penguat dari haditsnya Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
 

TIGA KEDUSTAAN YANG DILAKUKAN NABI IBRAHIM 'ALAIHISSALLAM

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak pernah sama sekali berdusta dalam hidupnya kecuali tiga kali. Adapun dustanya yang kedua kali adalah berkaitan dengan Dzatnya Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu yang telah tercantum dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى :  فَقَالَ إِنِّي سَقِيم  (سورة الصافات: 89).

“Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku sakit“. [QS. ash-Shaffat/37: 89].

Dan yang kedua, sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : قَالَ بَلۡ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمۡ هَٰذَا فَسۡ‍َٔلُوهُمۡ إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ  (سورة الأنبياء : 63).

“Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.  [QS. al-Anbiyaa’/21: 63].

Adapun yang terakhir adalah dustanya tentang Sarah (istrinya). 
 
Kisahnya, pada suatu ketika Ibrahim pernah mendatangi sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang fajir, dan beliau bersama istrinya Sarah. Dia adalah seorang wanita yang sangat cantik.

Maka Ibrahim mewanti istrinya: “Sesungguhnya raja yang fajir ini, jika sampai mengetahui engkau adalah istriku, tentu ia akan mengambilmu dariku secara paksa. Oleh karena itu, apabila ia menanyakan kamu, kabarkan padanya bahwa kamu adalah saudaraku. Engkau adalah saudaraku se-Islam, karena saya tidak mengetahui ada di dalam negeri ini seorang muslimpun selain aku dan dirimu”.

Maka ketika mereka berdua telah memasuki kota, ada beberapa punggawa raja fajir yang melihatnya, dengan cepat ada yang segera melapor padanya, "Sungguh telah datang di negerimu seorang perempuan yang sangat menawan, tidak layak dimiliki melainkan olehmu," kata orang tersebut.

Sang raja langsung mengutus untuk mendatangkan Sarah ke hadapannya. Kemudian tidak berapa lama ia pun dibawa menghadap. Sedangkan di kejauhan sana, Ibrahim berdiri mengerjakan sholat.

Tatkala Sarah memasuki istananya, sang raja tidak sabar lagi, maka dengan segera ia menjulurkan kedua tangannya untuk memeluknya. Namun tangannya terkunci dengan kuat, sehingga ia tidak sanggup untuk melepasnya.

Lalu ia berkata padanya: “Berdo’alah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, agar melepaskan kedua tanganku ini, saya berjanji tidak akan menyakitimu”. Sarah menuruti kemauannya. Tatkala telah terlepas ia mengulurkan tangannya ingin memeluknya, akan tetapi, kedua tangan terkunci kembali, dan sekarang lebih keras dari yang pertama. Ia lalu meminta supaya dido’akan agar dilepas kuncian tangannya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sarah pun melakukannya. Namun, ketika terlepas ia mengulangi kembali ingin memeluknya. Akan tetapi kedua tangannya kembali terkunci, bahkan lebih keras lagi dari yang sebelumnya.

Ia lalu menyeru padanya: “Doa’kanlah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, supaya melepaskan tanganku, demi Allah, saya berjanji tidak akan menyakitimu”. Sarah lalu menuruti permintaannya, maka kedua tanganya terlepas.

Kemudian sang raja memanggil orang yang membawa Sarah di hadapannya: “Wahai kamu, apa yang kamu bawa ini, sesungguhnya engkau membawa setan padaku, bukan seorang manusia! Bawa ia keluar dari negeriku dan berilah ia seorang budak, Hajar”.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian melanjutkan: “Kemudian Sarah berpaling darinya, berjalan meninggalkannya. Tatkala Ibrahim ‘alaihissalam melihatnya, ia segera menyudahi sholatnya lalu menyambut istrinya, dan menanyakan kabarnya: “Apa yang terjadi?"
 
"Baik, Allah Subhanahu wa ta’ala telah menahan untukku dari jamahan tangan orang fajir, dan ia memberi kita seorang pembantu”.

Berkata Abu Hurairah: “Itulah ibu kalian, wahai Bani Maa-is Sama (air yang turun dari langit)”.

Hadits ini shahih, dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim.
 
 
Ilustrasi, sumber: goodreads.com

 
NABI MUSA 'ALAIHISSALAM DAN MALAIKAT MAUT

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia bercerita: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Nabi Musa ‘alaihissalam dulu pernah didatangi malaikat maut, lalu berkata kepadanya: “Penuhi panggilan Rabbmu”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Maka Musa ‘alaihissalam memukul mata malaikat maut tadi, sampai terlepas. Akhirnya malaikat tersebut kembali menghadap Allah 'Azza wa jalla, lalu mengadu kepada-Nya, seraya mengatakan: “Sesungguhnya Engkau telah mengutus hamba kepada seseorang yang belum ingin meninggal, dan ia telah memukul mataku”. 
 
Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala mengembalikan matanya. Lalu berfirman kepadanya: “Kembalilah kamu kepada hamba-Ku, lantas katakan padanya, kamu ingin hidup? Kalau sekiranya kamu ingin tetap hidup maka letakkan kedua tanganmu di atas bulu sapi jantan, apa yang tertutupi oleh tanganmu, maka satu helai sama dengan hidupmu satu tahun”.

Kemudian ia kembali kepada Musa, lalu mengatakan seperti yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Musa bertanya: “Setelah itu apa?" Malaikat tersebut menjawab: “Setelah itu kamu mati!" Musa mengatakan: “Bahkan sekarang, Ya Allah, matikanlah diriku di tempat yang suci dekat dengan bebatuan”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

وَاللَّهِ لَوْ أَنِّي عِنْدَهُ لَأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ

“Demi Allah, kalau sekiranya saya berada di sisinya, tentu akan saya beritahu kalian kuburannya yang berada di sisi jalan di tumpukan bukit berpasir yang berwarna merah“.

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
 

NABI MUSA 'ALAIHISSALAM DAN BATU

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Dulu kebiasaan yang terjadi di kalangan Bani Isra’il adalah mereka biasa mandi dalam keadaan telanjang bulat, yang satu sama lain bisa saling melihat auratnya masing-masing. Adapun Musa ‘alaihissalam maka beliau biasa mandi dengan menyendiri. Sehingga pada suatu ketika kaumnya berkata: “Demi Allah, tidaklah Musa enggan mandi bersama kita melainkan karena dirinya punya aib”.

Pada suatu hari Musa ‘alaihissalam pergi mandi di sungai lalu meletakan bajunya di atas sebuah batu,. Ketika ia sedang mandi, batu tersebut berjalan dengan membawa bajunya. Maka Musa mengejarnya, sambil berteriak: “Wahai batu, bajuku! Wahai batu, bajuku!"
 
Sedangkan kaumnya yang sedang memperhatikan dirinya akhirnya melihat Musa berada tanpa berpakaian, sehingga mereka saling mengatakan: “Demi Allah, Musa tidak terkena penyakit apa-apa”.

Akhirnya Musa dapat mengejar batu tersebut lalu berdiri di atasnya, dan mengambil pakaiannya, kemudian memukul batu tersebut”.

Abu Hurairah mengatakan: “Sungguh demi Allah Subhanahu wa ta’ala, sesungguhnya di atas batu tersebut ada bekas enam atau tujuh pukulan yang dilakukan oleh Musa ‘alaihissalam, kemudian turun ayat:

قال الله تعالى : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ ءَاذَوۡاْ مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ ٱللَّهُ مِمَّا قَالُواْۚ وَكَانَ عِندَ ٱللَّهِ وَجِيْهًا [سورة الأحزاب : 69 ].

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia (Musa) seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” [QS. al-Ahzab/33: 69].

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
 
[Penulis:  Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari, Penerjemah: Abu Umamah Arif Hidayatullah. Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
 
******

Sumberalmanhaj. or.id 
 
File terkait:  
Subhanakallohumma wa bihamdihi,     
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika      
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin