Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

18 Desember 2010

FILE 199 : Yang Penting Hatinya, Bung .. !

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Bila dihadapkan pada sebuah larangan dalam agama, seringkali benteng terakhir kita untuk “menolak” larangan tersebut adalah masalah hati dan/atau niat.

Biar pun saya sholat menghadap kuburan, yang penting niat saya baik, ikhlas karena Allah Ta’ala

Biar pun saya berdo’a di kuburan wali, yang penting niat saya baik, do’a saya tujukan semata-mata kepada Allah Ta’ala

Biar pun saya menghadiri perayaan hari besar agama lain, yang penting hati saya baik, niat saya baik, menjaga persatuan bangsa

Biar pun saya sholat memakai pakaian yang ada gambar makhluk bernyawawa-nya, yang penting niat saya sholat baik, ikhlas karena Allah Ta’ala

Biar pun saya tidak memakai jilbab, yang penting hati saya baik, tidak menyakiti dan mengganggu siapa pun

Biar pun jilbab saya tidak sesuai ketentuan syari’at, yang penting niat dan hati saya baik, ikhlas karena Allah Ta’ala

Biar pun saya ikut selamatan kematian, yang penting niat saya baik, membantu mendo’akan mayit

Biar pun saya bersalaman dengan lawan jenis, yang penting hati saya baik, tidak ada perasaan negatif/buruk

Biar pun saya suka bergaul dan berduaan dengan lawan jenis, yang penting hati saya baik, tidak ada maksud buruk, hanya menjaga persahabatan (atau PDKT sebelum menikah)

Biar pun saya ‘ jajan’ di lokalisasi, yang penting hati saya baik, sekalian membantu menghidupi para PSK

Biar pun saya menghutangi dengan sistem bunga, yang penting niat saya baik, menolong orang lain ikhlas karena Allah Ta’ala

Biar pun saya mencukur habis jenggot saya, yang penting hati saya baik

Biar pun pakaian saya isbal (menjulur melebihi mata kaki >> bukan menutupi mata kaki), yang penting hati saya baik, tidak ada perasaan sombongberlaku

Biar pun kedatangan saya ke dalam suatu majelis/acara dihormati dengan berdiri, yang penting hati saya baik, tidak ada perasaan sombong/berbangga diri

Dan masih banyak lagi ...

Ya saudaraku, ikhwan dan akhwat yang kucintai karena Allah, jikalau demikian halnya maka segala larangan dalam Islam akan kita langgar, baik kita sadari maupun tidak. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan dan memerintahkan di dalam Al-Qur’an:

وَمَآ ءَاتَٮٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَہَٮٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ

Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.(QS. Al-Hasyr [59]:7)

Jika dalil yang dijadikan dasar pelarangan memang tidak jelas (butuh analisa dan penjelasan dari para ‘ulama’ atau terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ‘ulama’ tentang pelarangan tersebut), mungkin penolakan kita terhadap larangan tersebut masih bisa diterima. Namun kalau dalil tersebut sudah jelas-jelas melarang kita dari melakukan sesuatu tersebut, apakah pantas kita menimbang-nimbang (atau bahkan menolak) larangan tersebut dengan berbagai dalih yang kesemuanya bersumber dari perasaan dan akal-akalan kita yang ‘sangat lemah’ ini ??

Saya tidak pernah memungkiri bahwasanya urusan hati hanya Allah sajalah yang tahu. Kita sebagai umat muslim pun hanya diperintahkan untuk menghukumi berdasarkan apa yang nampak dan kita saksikan langsung. Jikalau ada orang munafik yang menampakkan keimanannya (dengan sholat atau memberikan sedekah dengan terang-terangan misalnya), maka kita hukumi dia sebagai muslim, tanpa berprasangka buruk kepadanya. Sebaliknya jika ada seorang yang “mengaku” muslim dan hatinya baik, namun ketahuan meminum miras, maka hukuman terhadap peminum miras tetap kita tegakkan atasnya.

Namun yang perlu kita ketahui, saudara dan saudariku yang kucintai karena Allah, bahwasanya agama Islam adalah agama yang agung. Ia tidak hanya mengatur lahiriyah seseorang, namun juga bathin/hati seseorang. Bahkan termasuk aqidah/keyakinan dalam Islam adalah bahwasanya iman itu adalah mencakup hati, lisan, dan perbuatan (lahir dan bathin).

Islam tidak hanya sekedar melarang dari suatu perbuatan, namun sarana-sarana yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut ikut dilarang, dalam rangka menjaga (hati maupun badan) kita agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang tersebut. Dan inilah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada kita, para hamba-Nya.

Terlebih lagi urusan hati adalah masalah yang sangat krusial, mengingat hati adalah pusat dari tubuh manusia. Hal tersebut masih diikuti oleh sifat hati yang mudah berubah dan berbolak-balik. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa 'alaa aalihi wa sallam:

"Sesungguhnya di dalam jasad (tubuh) ada segumpal daging, jika daging itu baik maka seluruh jasad (tubuh) akan ikut baik, dan jika daging tersebut buruk/rusak maka seluruh jasad (tubuh) akan ikut buruk/rusak. Ketahuilah, itulah al-qalbu (hati)." (HR. Bukhari - Muslim)

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu" (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim)

"Wahai Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu" (HR. Muslim)

Lihatlah dan cermatilah firman-firman Allah berikut:

وَقُلۡنَا يَـٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَـٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Baqarah [2]:35)

وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓ‌ۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ فَـٰحِشَةً۬ وَسَآءَ سَبِيلاً۬

Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al-Isra’ / Bani Israil [17]:32)

فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ مَرَضٌ۬ وَقُلۡنَ قَوۡلاً۬ مَّعۡرُوفً۬ا

Maka janganlah kamu (istri Nabi dan kaum mu’minah secara umum) tunduk dalam berbicara, sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”(QS. Al-Ahzab [33]:32)

Selanjutnya bayangkanlah wahai saudara dan saudariku, yang kucintai karena Allah, jika saat ini yang menyampaikan larangan tersebut kepadamu adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa ‘alaa aalihi wa sallam langsung, bukan aku atau para ustadz atau para ‘ulama’ (yang mungkin perkataannya terkadang masih kau bantah dengan pendapatmu sendiri). Nabi yang senantiasa kau sebut namanya ketika kau mengikrarkan dua kalimat syahadat sebagai bukti keislamanmu. Nabi yang senantiasa kau ucapkan sholawat kepadanya sebagai bentuk penghormatanmu kepada beliau.

Akankah kau bantah larangan beliau sebagaimana dalam hadits-hadits yang shohih lagi jelas, dengan pendapatmu dan pikiranmu sendiri ? Atau dengan pendapat orang lain, guru, ustadz, kiyai, atau ‘ulama’ yang kau kenal ?

Di manakah adabmu dan penghormatanmu kepada beliau (kalau begitu) wahai saudara dan saudariku ?

Renungkanlah .... Semoga Allah melimpahkan petunjuk dan taufik-Nya kepadamu untuk mengikuti kebenaran dan istiqomah di atasnya.

Wallahu a’lam

.

Artikel Terkait:

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !