Bismillahirrohmanirrohim
Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam
Wa ba'du
…..
Bolehkah Mengkhususkan Momen Lebaran untuk Mengunjungi Kerabat ?
.Disusun oleh:
Yulian Purnama
Berikut ini kami tuliskan beberapa jawaban para ulama mengenai permasalahan ini:
Fatwa Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr
السائل
: هنا عدة أسئلة عن زيارة الأقارب أحياء أو أمواتا يوم العيد
Pertanyaan: Syaikh, ada beberapa pertanyaan yang datang
terkait tentang hukum berkunjung ke rumah para kerabat, baik yang masih hidup
atau pun sudah meninggal ketika hari Idul Fitri.
Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah
menjawab:
الشيخ
: أما زيارة القبور في يوم العيد أو في يوم الجمعة أو تخصيص يوم معين فلا يجوز ذلك
، وأما زيارة الأقارب يوم العيد والذهاب إليهم و .. يعني الدعاء لهم فإن ذلك لا
بأس به . أما تخصيص المقابر بالزيارة يوم العيد أو يوم الجمعة أو يوما معينا من
الأيام بالذات ليس للإنسان أن يفعل ذلك
Ziarah kubur ketika hari ‘Id atau hari Jum’at atau mengkhususkan
hari tertentu tidaklah diperbolehkan. Sedangkan mengunjungi para kerabat di
hari ‘Id atau menempuh perjalanan untuk mengunjungi mereka atau.. mendoakan
mereka, ini semua tidak mengapa. Adapun mengkhususkan kunjungan ke
pemakaman-pemakaman di hari Ied atau hari Jum’at atau hari tertentu, tidak
ada ulama yang melakukan hal ini.
[Transkrip dari rekaman suara yang bisa di-unduh di http://www.islamup.com/download.php?id=55581]
Fatwa Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali
السؤال:وهذا
من الجزائر يقول: ماحكم تخصيص زيارة الأقارب والأصدقاء في يوم العيد؟
Pertanyaan: Ada pertanyaan dari Aljazair, penanya berkata:
Apakah hukum mengkhususkan hari Ied untuk mengunjungi para kerabat dan
teman-teman baik?
Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah menjawab:
الجواب:هذا
عمل طيب؛والأقارب أولى من يجب وصلهم لأنهم ذوي قرابة فهم أولى من غيرهم تبدأ بهم
ثم بعد ذلك بغيرهم وهذا هو المطلوب أن يبدأ الإنسان بذوي قرابته لأنهم آكدوا حقا
عليه من غيرهم فحينئذ يبرهم ثم بعد ذلك إن وجد وقتا زار إخوانه وإن حصل ذلك فرحنا
Ini perbuatan yang baik. Para kerabat adalah orang-orang yang
paling wajib untuk dijalin tali silaturahimnya. Karena mereka adalah
orang-orang yang memiliki qurabah (hubungan keluarga), sehingga mereka
lebih layak dari yang lain untuk dijalin erat silaturahminya. Mulailah dari
mereka, baru yang lain, inilah yang semestinya. Sebab lain, mereka juga
memiliki hak yang lebih besar dari diri anda, dibandingkan yang lain. Maka,
berbuat-baiklah kepada mereka, lalu jika ada waktu, kunjungilah mereka. Kalau
memang bisa demikian, itu akan membuat kita gembira.
ولو
لم وإن لم يحصل فليس هو بالسنة في ذلك وإنما يكتفي الناس ولله الحمد بالتقائهم في
المصلى وبالتقائهم أيضا في المساجد في الصلوات الخمس هذا يحصل ولله الحمد كافي لا
يشترط أن تذهب إلى البيت
Andaikan tidak bisa, tidak mengapa, perbuatan ini bukanlah
hal yang disunnahkan. Cukup bagi anda menemui orang-orang ketika di lapangan
tempat shalat ‘Id, wa lillahil hamd. Atau menemui mereka di
masjid-masjid ketika shalat lima waktu, ini sudah cukup, wa
lillahil hamd. Tidak disyaratkan harus mengunjungi rumah mereka.
لكن
أصبح من العادات وهنا العادات ليست منافية للشرع ولم يزعموا أنها عبادة وذلك لأنه
يوم فرح وسرور فلا بأس بذلك كله والله أعلم وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله
نبينا محمد وعلى آله وأصحابه وأتباعه بإحسان
Perbuatan ini memang sudah menjadi tradisi, namun ini adalah
tradisi yang tidak dinafikan oleh syari’at dan orang-orang yang melakukannya
pun tidak menganggap ini sebagai ibadah. Perbuatan ini sebatas karena hari ‘Id
adalah hari bergembira dan bersenang-senang. Maka perbuatan-perbuatan demikian
itu semua tidak mengapa, wallahu’alam. Wa shallallahu wa sallama wa
baarik ‘ala ‘abdihi wa rasulihi nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa
ash-habihi wa atba’ihi bi ihsaanin.
[Transkrip dari rekaman suara yang bisa di dengarkan di http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=122458]
Fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih
هل
من السنة زيارة الأقارب والأصدقاء وذلك لغرض المعايدة، وهل يعتبر ذلك تخصيصاً،
لأننا سمعنا أن أحد العلماء يقول زيارة الأحياء في العيد كزيارة الأموات؟
Pertanyaan: Apakah mengunjungi saudara dan teman-teman baik
dalam rangka merayakan hari ‘Id termasuk perbuatan yang disunnahkan? Apakah ini
termasuk pengkhususan hari tertentu yang terlarang? Karena kami dengar ada
salah seorang ulama yang mengatakan bahwa mengunjungi orang yang masih hidup
sama hukumnya sebagai mana mengunjungi orang mati (ziarah kubur).
Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab:
الحمد
لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فزيارة الأقارب والأصدقاء والجيران في العيد مشروعة، جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية :
فزيارة الأقارب والأصدقاء والجيران في العيد مشروعة، جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية :
Alhamdulillah Was Shalatu Was Salamu ‘ala Rasulillah Wa ‘ala
Alihi Wa Shahbihi, Amma ba’du:
Saling berkunjung antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari ‘Id adalah perbuatan yang masyru’ (memiliki landasan dalil dalam syari’at). Sebagaimana tertulis dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah:
التزاور مشروع في الإسلام، وقد ورد ما يدل
على مشروعية الزيارة في العيد، فقد روي عن عائشة رضي الله عنها قالت: دخل علي
النبي صلى الله عليه وسلم وعندي جاريتان تغنيان بغناء بعاث، فاضطجع على الفراش
وحول وجهه ودخل أبو بكر….. إلى آخر الحديث.، وموضع الشاهد فيه، وزاد في رواية
هشام: يا أبا بكر إن لكل قوم عيداً وهذا عيدناً.، قال في الفتح: قوله وجاء أبو
بكر: وفي رواية هشام بن عروة “دخل علي أبو بكر” وكأنه جاء زائراً لها بعد أن دخل النبي
صلى الله عليه وسلم بيته.^^ انتهى.
“Saling berkunjung (antar kerabat, tetangga dan teman dekat
pada hari ‘Id) adalah perbuatan yang masyru’ dalam Islam. Terdapat riwayat yang
menunjukkan masyru’-nya hal tersebut, yaitu hadits yang diriwayatkan
dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata: ‘Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke rumah, ketika itu aku sedang bersama dua
anak wanita yang bernyanyi dengan senandung bu’ats. Lalu beliau bersandar di
tempat tidur dan wajahnya menoleh (pada dua anak wanita
yang bernyanyi tadi). Kemudian datanglah Abu Bakar…‘ sampai akhir hadits.
Sisi pendalilan dari hadits ini, terdapat tambahan riwayat dari
Hisyam, bahwa Nabi bersabda: ‘Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum
memiliki Id sendiri, dan hari ini adalah Id kita‘. Dalam Fathul Baari
di jelaskan mengenai tambahan riwayat yang berbunyi ‘Kemudian datanglah Abu
Bakar‘: ‘Seolah-olah Abu Bakar datang untuk berkunjung kepada ‘Aisyah
(anaknya), beberapa saat setelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
masuk’”. [sampai di sini nukilan dari Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah]
ولا
شك أن التزاور في العيد مما يقوي الصلة، ويزيل الشحناء ويقطع التدابر، ولذلك فهو
عمل مسنون كان عليه السلف من الصحابة ومن بعدهم، وهو عمل المسلمين إلى يومنا هذا،
ولا نعلم أن أحداً من العلماء شبه زيارة الأحياء بزيارة الأموات، ولم نفهم المراد
من قولك (وهل يعتبر ذلك خصيصاً) وفي ما مضى كفاية.
والله أعلم .
والله أعلم .
Tidak ragu lagi bahwa saling berkunjung di hari Id, yang
menyebabkan terjalinnya silaturahmi, berakhirnya sengketa, berakhirnya saling
benci, maka ini adalah perkara yang dianjurkan dan dilakukan oleh para salaf
dari kalangan sahabat dan yang setelah mereka. Ini pun merupakan kebiasaan kaum
muslimin sampai hari ini. Saya tidak mengetahui ada seorang ulama yang menyamakan
perbuatan ini dengan mengunjungi orang mati (ziarah kubur). Dan saya tidak
paham maksud perkataan anda ‘Apakah ini termasuk pengkhususan hari tertentu
yang terlarang‘. Namun saya kira, penjelasan tadi sudah mencukupi. Wallahu’alam.
—————————
Akhir kata, saling berkunjung ke rumah kerabat di hari Idul
Fitri adalah hal yang dibolehkan, dengan alasan berikut:
- Kegiatan tersebut adalah kegiatan non-ibadah. Sedangkan kegiatan non-ibadah hukum asalnya adalah mubah.
- Salah satu makna عِيد (‘Id) secara bahasa adalah hari yang biasanya orang-orang saling berkumpul dan saling bertemu.والعِيدُ كلُّ يوم فيه جَمْعٌ، واشتقاقه من عاد يَعُود كأَنهم عادوا إِليه؛ وقيل: اشتقاقه من العادة لأَنهم اعتادوه
Id juga berarti
hari yang biasanya orang-orang saling berkumpul. ‘Id berasal dari kata عاد يَعُود
(mengulang) karena mereka secara rutin melakukannya (kumpul-kumpul). Sebagian
ahli bahasa berpendapat, asal katanya dari العادة (kebiasaan) karena mereka biasa melakukan
hal tersebut” (Lisaanul ‘Arab)
- Syariat menetapkan bahwa ‘Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari bergembira ria. Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu: قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
“Di masa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua
hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang. Rasulullah
bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah
menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa
merayakannya dengan bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang
lebih baik, yaitu Idul Adha dan ‘Idul Fithri’ ” (HR. Abu Daud,
1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud, 1134)
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
للصائم فرحتان : فرحة
عند فطره ، وفرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Rabb-Nya kelak” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan cara bergembira di hari itu tidak ditentukan oleh syariat sehingga kembali kepada ‘urf (kebiasaan) setempat. Mengunjungi kerabat adalah bentuk bersenang-senang dan bergembira karena tentunya bertemu dengan keluarga dan kerabat menimbulkan rasa sayang dan kegembiraan.
- Perbuatan ini memiliki dasar dari syari’at dan diamalkan oleh salaf, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah
- Memang sebagian ulama menganggap hal ini termasuk bid’ah, sebagaimana pendapat Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah (silakan baca di: http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=20509). Menurut beliau, mengkhususkan hari untuk saling berkunjung kepada sesama orang yang hidup hukumnya sama seperti mengkhususkan hari untuk berkunjung ke orang mati (ziarah kubur). Sedangkan mengkhususkan hari untuk ziarah kubur adalah bid’ah. Namun pendapat ini nampaknya kurang tepat jika kita menimbang alasan-alasan di atas. Yang jelas, permasalahan ini termasuk ranah ijtihadiyyah yang semestinya kita bisa toleran terhadap pendapat yang ada dari para ulama. Wallahu’alam.
*****
Sumber: muslim.or.id
Subhanakallohumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin Fatwa Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr
السائل : هنا عدة أسئلة عن زيارة الأقارب أحياء أو أمواتا يوم العيد
Pertanyaan: Syaikh, ada beberapa pertanyaan yang datang terkait
tentang hukum berkunjung ke rumah para kerabat, baik yang masih hidup
atau pun sudah meninggal ketika hari Idul Fitri.Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah menjawab:
الشيخ : أما زيارة القبور في يوم العيد أو
في يوم الجمعة أو تخصيص يوم معين فلا يجوز ذلك ، وأما زيارة الأقارب يوم
العيد والذهاب إليهم و .. يعني الدعاء لهم فإن ذلك لا بأس به . أما تخصيص
المقابر بالزيارة يوم العيد أو يوم الجمعة أو يوما معينا من الأيام بالذات
ليس للإنسان أن يفعل ذلك
Ziarah kubur ketika hari ‘Id atau hari Jum’at atau mengkhususkan hari
tertentu tidaklah diperbolehkan. Sedangkan mengunjungi para kerabat di
hari ‘Id atau menempuh perjalanan untuk mengunjungi mereka atau..
mendoakan mereka, ini semua tidak mengapa. Adapun mengkhususkan
kunjungan ke pemakaman-pemakaman di hari Ied atau hari Jum’at atau hari
tertentu, tidak ada ulama yang melakukan hal ini.[Transkrip dari rekaman suara yang bisa di-unduh di http://www.islamup.com/download.php?id=55581]
Fatwa Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali
السؤال:وهذا من الجزائر يقول: ماحكم تخصيص زيارة الأقارب والأصدقاء في يوم العيد؟
Pertanyaan: Ada pertanyaan dari Aljazair, penanya berkata: Apakah
hukum mengkhususkan hari Ied untuk mengunjungi para kerabat dan
teman-teman baik?Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah menjawab:
الجواب:هذا عمل طيب؛والأقارب أولى من يجب
وصلهم لأنهم ذوي قرابة فهم أولى من غيرهم تبدأ بهم ثم بعد ذلك بغيرهم وهذا
هو المطلوب أن يبدأ الإنسان بذوي قرابته لأنهم آكدوا حقا عليه من غيرهم
فحينئذ يبرهم ثم بعد ذلك إن وجد وقتا زار إخوانه وإن حصل ذلك فرحنا
Ini perbuatan yang baik. Para kerabat adalah orang-orang yang paling
wajib untuk dijalin tali silaturahimnya. Karena mereka adalah
orang-orang yang memiliki qurabah (hubungan keluarga), sehingga
mereka lebih layak dari yang lain untuk dijalin erat silaturahminya.
Mulailah dari mereka, baru yang lain, inilah yang semestinya. Sebab
lain, mereka juga memiliki hak yang lebih besar dari diri anda,
dibandingkan yang lain. Maka, berbuat-baiklah kepada mereka, lalu jika
ada waktu, kunjungilah mereka. Kalau memang bisa demikian, itu akan
membuat kita gembira.
ولو لم وإن لم يحصل فليس هو بالسنة في ذلك
وإنما يكتفي الناس ولله الحمد بالتقائهم في المصلى وبالتقائهم أيضا في
المساجد في الصلوات الخمس هذا يحصل ولله الحمد كافي لا يشترط أن تذهب إلى
البيت
Andaikan tidak bisa, tidak mengapa, perbuatan ini bukanlah hal yang
disunnahkan. Cukup bagi anda menemui orang-orang ketika di lapangan
tempat shalat ‘Id, wa lillahil hamd. Atau menemui mereka di masjid-masjid ketika shalat lima waktu, ini sudah cukup, wa lillahil hamd. Tidak disyaratkan harus mengunjungi rumah mereka.
لكن أصبح من العادات وهنا العادات ليست
منافية للشرع ولم يزعموا أنها عبادة وذلك لأنه يوم فرح وسرور فلا بأس بذلك
كله والله أعلم وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله
وأصحابه وأتباعه بإحسان
Perbuatan ini memang sudah menjadi tradisi, namun ini adalah tradisi
yang tidak dinafikan oleh syari’at dan orang-orang yang melakukannya pun
tidak menganggap ini sebagai ibadah. Perbuatan ini sebatas karena hari
‘Id adalah hari bergembira dan bersenang-senang. Maka
perbuatan-perbuatan demikian itu semua tidak mengapa, wallahu’alam. Wa
shallallahu wa sallama wa baarik ‘ala ‘abdihi wa rasulihi nabiyyina
Muhammadin wa ‘ala aalihi wa ash-habihi wa atba’ihi bi ihsaanin.[Transkrip dari rekaman suara yang bisa di dengarkan di http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=122458]
Fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih
هل من السنة زيارة الأقارب والأصدقاء وذلك
لغرض المعايدة، وهل يعتبر ذلك تخصيصاً، لأننا سمعنا أن أحد العلماء يقول
زيارة الأحياء في العيد كزيارة الأموات؟
Pertanyaan: Apakah mengunjungi saudara dan teman-teman baik dalam
rangka merayakan hari ‘Id termasuk perbuatan yang disunnahkan? Apakah
ini termasuk pengkhususan hari tertentu yang terlarang? Karena kami
dengar ada salah seorang ulama yang mengatakan bahwa mengunjungi orang
yang masih hidup sama hukumnya sebagai mana mengunjungi orang mati
(ziarah kubur).Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab:
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فزيارة الأقارب والأصدقاء والجيران في العيد مشروعة، جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية:
Alhamdulillah Was Shalatu Was Salamu ‘ala Rasulillah Wa ‘ala Alihi Wa Shahbihi, Amma ba’du:فزيارة الأقارب والأصدقاء والجيران في العيد مشروعة، جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية:
Saling berkunjung antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari ‘Id adalah perbuatan yang masyru’ (memiliki landasan dalil dalam syari’at). Sebagaimana tertulis dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah:
التزاور مشروع في الإسلام، وقد ورد ما يدل على مشروعية الزيارة في العيد، فقد روي عن عائشة رضي الله عنها قالت: دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم وعندي جاريتان تغنيان بغناء بعاث، فاضطجع على الفراش وحول وجهه ودخل أبو بكر….. إلى آخر الحديث.، وموضع الشاهد فيه، وزاد في رواية هشام: يا أبا بكر إن لكل قوم عيداً وهذا عيدناً.، قال في الفتح: قوله وجاء أبو بكر: وفي رواية هشام بن عروة “دخل علي أبو بكر” وكأنه جاء زائراً لها بعد أن دخل النبي صلى الله عليه وسلم بيته.^^ انتهى.
“Saling berkunjung (antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari ‘Id) adalah perbuatan yang masyru’ dalam Islam. Terdapat riwayat yang menunjukkan masyru’-nya hal tersebut, yaitu hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata: ‘Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke rumah, ketika itu aku sedang bersama dua anak wanita yang bernyanyi dengan senandung bu’ats. Lalu beliau bersandar di tempat tidur dan wajahnya menoleh (pada dua anak wanita yang bernyanyi tadi). Kemudian datanglah Abu Bakar…‘ sampai akhir hadits. Sisi pendalilan dari hadits ini, terdapat tambahan riwayat dari Hisyam, bahwa Nabi bersabda: ‘Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki Id sendiri, dan hari ini adalah Id kita‘. Dalam Fathul Baari di jelaskan mengenai tambahan riwayat yang berbunyi ‘Kemudian datanglah Abu Bakar‘: ‘Seolah-olah Abu Bakar datang untuk berkunjung kepada ‘Aisyah (anaknya), beberapa saat setelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam masuk’”. [sampai di sini nukilan dari Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah]
ولا شك أن التزاور في العيد مما يقوي
الصلة، ويزيل الشحناء ويقطع التدابر، ولذلك فهو عمل مسنون كان عليه السلف
من الصحابة ومن بعدهم، وهو عمل المسلمين إلى يومنا هذا، ولا نعلم أن أحداً
من العلماء شبه زيارة الأحياء بزيارة الأموات، ولم نفهم المراد من قولك
(وهل يعتبر ذلك خصيصاً) وفي ما مضى كفاية.
والله أعلم.
Tidak ragu lagi bahwa saling berkunjung di hari Id, yang menyebabkan
terjalinnya silaturahmi, berakhirnya sengketa, berakhirnya saling benci,
maka ini adalah perkara yang dianjurkan dan dilakukan oleh para salaf
dari kalangan sahabat dan yang setelah mereka. Ini pun merupakan
kebiasaan kaum muslimin sampai hari ini. Saya tidak mengetahui ada
seorang ulama yang menyamakan perbuatan ini dengan mengunjungi orang
mati (ziarah kubur). Dan saya tidak paham maksud perkataan anda ‘Apakah ini termasuk pengkhususan hari tertentu yang terlarang‘. Namun saya kira, penjelasan tadi sudah mencukupi. Wallahu’alam.والله أعلم.
Sumber: http://www.islamweb.net/ahajj/index.php?page=ShowFatwa&lang=A&Id=43305&Option=FatwaId
—
Akhir kata, saling berkunjung ke rumah kerabat di hari Idul Fitri adalah hal yang dibolehkan, dengan alasan berikut:
- Kegiatan tersebut adalah kegiatan non-ibadah. Sedangkan kegiatan non-ibadah hukum asalnya adalah mubah.
- Salah satu makna عِيد (‘Id) secara bahasa adalah hari yang biasanya orang-orang saling berkumpul dan saling bertemu.والعِيدُ كلُّ يوم فيه جَمْعٌ، واشتقاقه من عاد يَعُود كأَنهم عادوا إِليه؛ وقيل: اشتقاقه من العادة لأَنهم اعتادوه ” ‘Id juga berarti hari yang biasanya orang-orang saling berkumpul. ‘Id berasal dari kata عاد يَعُود (mengulang) karena mereka secara rutin melakukannya (kumpul-kumpul). Sebagian ahli bahasa berpendapat, asal katanya dari العادة (kebiasaan) karena mereka biasa melakukan hal tersebut” (Lisaanul ‘Arab)
- Syariat menetapkan bahwa ‘Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari bergembira ria. Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu:قدم
رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما
هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
“Di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke
Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu
mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang
dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari
raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan
bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik,
yaitu Idul Adha dan ‘Idul Fithri’ ” (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud, 1134)
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره ، وفرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Rabb-Nya kelak” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan cara bergembira di hari itu tidak ditentukan oleh syariat sehingga kembali kepada ‘urf (kebiasaan) setempat. Mengunjungi kerabat adalah bentuk bersenang-senang dan bergembira karena tentunya bertemu dengan keluarga dan kerabat menimbulkan rasa sayang dan kegembiraan. - Perbuatan ini memiliki dasar dari syari’at dan diamalkan oleh salaf, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah
- Memang sebagian ulama menganggap hal ini termasuk bid’ah, sebagaimana pendapat Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah (silakan baca di: http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=20509). Menurut beliau, mengkhususkan hari untuk saling berkunjung kepada sesama orang yang hidup hukumnya sama seperti mengkhususkan hari untuk berkunjung ke orang mati (ziarah kubur). Sedangkan mengkhususkan hari untuk ziarah kubur adalah bid’ah. Namun pendapat ini nampaknya kurang tepat jika kita menimbang alasan-alasan di atas. Yang jelas, permasalahan ini termasuk ranah ijtihadiyyah yang semestinya kita bisa toleran terhadap pendapat yang ada dari para ulama. Wallahu’alam.
Fatwa Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr
السائل : هنا عدة أسئلة عن زيارة الأقارب أحياء أو أمواتا يوم العيد
Pertanyaan: Syaikh, ada beberapa pertanyaan yang datang terkait
tentang hukum berkunjung ke rumah para kerabat, baik yang masih hidup
atau pun sudah meninggal ketika hari Idul Fitri.Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah menjawab:
الشيخ : أما زيارة القبور في يوم العيد أو
في يوم الجمعة أو تخصيص يوم معين فلا يجوز ذلك ، وأما زيارة الأقارب يوم
العيد والذهاب إليهم و .. يعني الدعاء لهم فإن ذلك لا بأس به . أما تخصيص
المقابر بالزيارة يوم العيد أو يوم الجمعة أو يوما معينا من الأيام بالذات
ليس للإنسان أن يفعل ذلك
Ziarah kubur ketika hari ‘Id atau hari Jum’at atau mengkhususkan hari
tertentu tidaklah diperbolehkan. Sedangkan mengunjungi para kerabat di
hari ‘Id atau menempuh perjalanan untuk mengunjungi mereka atau..
mendoakan mereka, ini semua tidak mengapa. Adapun mengkhususkan
kunjungan ke pemakaman-pemakaman di hari Ied atau hari Jum’at atau hari
tertentu, tidak ada ulama yang melakukan hal ini.[Transkrip dari rekaman suara yang bisa di-unduh di http://www.islamup.com/download.php?id=55581]
Fatwa Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali
السؤال:وهذا من الجزائر يقول: ماحكم تخصيص زيارة الأقارب والأصدقاء في يوم العيد؟
Pertanyaan: Ada pertanyaan dari Aljazair, penanya berkata: Apakah
hukum mengkhususkan hari Ied untuk mengunjungi para kerabat dan
teman-teman baik?Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah menjawab:
الجواب:هذا عمل طيب؛والأقارب أولى من يجب
وصلهم لأنهم ذوي قرابة فهم أولى من غيرهم تبدأ بهم ثم بعد ذلك بغيرهم وهذا
هو المطلوب أن يبدأ الإنسان بذوي قرابته لأنهم آكدوا حقا عليه من غيرهم
فحينئذ يبرهم ثم بعد ذلك إن وجد وقتا زار إخوانه وإن حصل ذلك فرحنا
Ini perbuatan yang baik. Para kerabat adalah orang-orang yang paling
wajib untuk dijalin tali silaturahimnya. Karena mereka adalah
orang-orang yang memiliki qurabah (hubungan keluarga), sehingga
mereka lebih layak dari yang lain untuk dijalin erat silaturahminya.
Mulailah dari mereka, baru yang lain, inilah yang semestinya. Sebab
lain, mereka juga memiliki hak yang lebih besar dari diri anda,
dibandingkan yang lain. Maka, berbuat-baiklah kepada mereka, lalu jika
ada waktu, kunjungilah mereka. Kalau memang bisa demikian, itu akan
membuat kita gembira.
ولو لم وإن لم يحصل فليس هو بالسنة في ذلك
وإنما يكتفي الناس ولله الحمد بالتقائهم في المصلى وبالتقائهم أيضا في
المساجد في الصلوات الخمس هذا يحصل ولله الحمد كافي لا يشترط أن تذهب إلى
البيت
Andaikan tidak bisa, tidak mengapa, perbuatan ini bukanlah hal yang
disunnahkan. Cukup bagi anda menemui orang-orang ketika di lapangan
tempat shalat ‘Id, wa lillahil hamd. Atau menemui mereka di masjid-masjid ketika shalat lima waktu, ini sudah cukup, wa lillahil hamd. Tidak disyaratkan harus mengunjungi rumah mereka.
لكن أصبح من العادات وهنا العادات ليست
منافية للشرع ولم يزعموا أنها عبادة وذلك لأنه يوم فرح وسرور فلا بأس بذلك
كله والله أعلم وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله
وأصحابه وأتباعه بإحسان
Perbuatan ini memang sudah menjadi tradisi, namun ini adalah tradisi
yang tidak dinafikan oleh syari’at dan orang-orang yang melakukannya pun
tidak menganggap ini sebagai ibadah. Perbuatan ini sebatas karena hari
‘Id adalah hari bergembira dan bersenang-senang. Maka
perbuatan-perbuatan demikian itu semua tidak mengapa, wallahu’alam. Wa
shallallahu wa sallama wa baarik ‘ala ‘abdihi wa rasulihi nabiyyina
Muhammadin wa ‘ala aalihi wa ash-habihi wa atba’ihi bi ihsaanin.[Transkrip dari rekaman suara yang bisa di dengarkan di http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=122458]
Fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih
هل من السنة زيارة الأقارب والأصدقاء وذلك
لغرض المعايدة، وهل يعتبر ذلك تخصيصاً، لأننا سمعنا أن أحد العلماء يقول
زيارة الأحياء في العيد كزيارة الأموات؟
Pertanyaan: Apakah mengunjungi saudara dan teman-teman baik dalam
rangka merayakan hari ‘Id termasuk perbuatan yang disunnahkan? Apakah
ini termasuk pengkhususan hari tertentu yang terlarang? Karena kami
dengar ada salah seorang ulama yang mengatakan bahwa mengunjungi orang
yang masih hidup sama hukumnya sebagai mana mengunjungi orang mati
(ziarah kubur).Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab:
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فزيارة الأقارب والأصدقاء والجيران في العيد مشروعة، جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية:
Alhamdulillah Was Shalatu Was Salamu ‘ala Rasulillah Wa ‘ala Alihi Wa Shahbihi, Amma ba’du:فزيارة الأقارب والأصدقاء والجيران في العيد مشروعة، جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية:
Saling berkunjung antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari ‘Id adalah perbuatan yang masyru’ (memiliki landasan dalil dalam syari’at). Sebagaimana tertulis dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah:
التزاور مشروع في الإسلام، وقد ورد ما يدل على مشروعية الزيارة في العيد، فقد روي عن عائشة رضي الله عنها قالت: دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم وعندي جاريتان تغنيان بغناء بعاث، فاضطجع على الفراش وحول وجهه ودخل أبو بكر….. إلى آخر الحديث.، وموضع الشاهد فيه، وزاد في رواية هشام: يا أبا بكر إن لكل قوم عيداً وهذا عيدناً.، قال في الفتح: قوله وجاء أبو بكر: وفي رواية هشام بن عروة “دخل علي أبو بكر” وكأنه جاء زائراً لها بعد أن دخل النبي صلى الله عليه وسلم بيته.^^ انتهى.
“Saling berkunjung (antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari ‘Id) adalah perbuatan yang masyru’ dalam Islam. Terdapat riwayat yang menunjukkan masyru’-nya hal tersebut, yaitu hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata: ‘Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke rumah, ketika itu aku sedang bersama dua anak wanita yang bernyanyi dengan senandung bu’ats. Lalu beliau bersandar di tempat tidur dan wajahnya menoleh (pada dua anak wanita yang bernyanyi tadi). Kemudian datanglah Abu Bakar…‘ sampai akhir hadits. Sisi pendalilan dari hadits ini, terdapat tambahan riwayat dari Hisyam, bahwa Nabi bersabda: ‘Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki Id sendiri, dan hari ini adalah Id kita‘. Dalam Fathul Baari di jelaskan mengenai tambahan riwayat yang berbunyi ‘Kemudian datanglah Abu Bakar‘: ‘Seolah-olah Abu Bakar datang untuk berkunjung kepada ‘Aisyah (anaknya), beberapa saat setelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam masuk’”. [sampai di sini nukilan dari Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah]
ولا شك أن التزاور في العيد مما يقوي
الصلة، ويزيل الشحناء ويقطع التدابر، ولذلك فهو عمل مسنون كان عليه السلف
من الصحابة ومن بعدهم، وهو عمل المسلمين إلى يومنا هذا، ولا نعلم أن أحداً
من العلماء شبه زيارة الأحياء بزيارة الأموات، ولم نفهم المراد من قولك
(وهل يعتبر ذلك خصيصاً) وفي ما مضى كفاية.
والله أعلم.
Tidak ragu lagi bahwa saling berkunjung di hari Id, yang menyebabkan
terjalinnya silaturahmi, berakhirnya sengketa, berakhirnya saling benci,
maka ini adalah perkara yang dianjurkan dan dilakukan oleh para salaf
dari kalangan sahabat dan yang setelah mereka. Ini pun merupakan
kebiasaan kaum muslimin sampai hari ini. Saya tidak mengetahui ada
seorang ulama yang menyamakan perbuatan ini dengan mengunjungi orang
mati (ziarah kubur). Dan saya tidak paham maksud perkataan anda ‘Apakah ini termasuk pengkhususan hari tertentu yang terlarang‘. Namun saya kira, penjelasan tadi sudah mencukupi. Wallahu’alam.والله أعلم.
Sumber: http://www.islamweb.net/ahajj/index.php?page=ShowFatwa&lang=A&Id=43305&Option=FatwaId
—
Akhir kata, saling berkunjung ke rumah kerabat di hari Idul Fitri adalah hal yang dibolehkan, dengan alasan berikut:
- Kegiatan tersebut adalah kegiatan non-ibadah. Sedangkan kegiatan non-ibadah hukum asalnya adalah mubah.
- Salah satu makna عِيد (‘Id) secara bahasa adalah hari yang biasanya orang-orang saling berkumpul dan saling bertemu.والعِيدُ كلُّ يوم فيه جَمْعٌ، واشتقاقه من عاد يَعُود كأَنهم عادوا إِليه؛ وقيل: اشتقاقه من العادة لأَنهم اعتادوه ” ‘Id juga berarti hari yang biasanya orang-orang saling berkumpul. ‘Id berasal dari kata عاد يَعُود (mengulang) karena mereka secara rutin melakukannya (kumpul-kumpul). Sebagian ahli bahasa berpendapat, asal katanya dari العادة (kebiasaan) karena mereka biasa melakukan hal tersebut” (Lisaanul ‘Arab)
- Syariat menetapkan bahwa ‘Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari bergembira ria. Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu:قدم
رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما
هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
“Di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke
Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu
mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang
dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari
raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan
bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik,
yaitu Idul Adha dan ‘Idul Fithri’ ” (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud, 1134)
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره ، وفرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Rabb-Nya kelak” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan cara bergembira di hari itu tidak ditentukan oleh syariat sehingga kembali kepada ‘urf (kebiasaan) setempat. Mengunjungi kerabat adalah bentuk bersenang-senang dan bergembira karena tentunya bertemu dengan keluarga dan kerabat menimbulkan rasa sayang dan kegembiraan. - Perbuatan ini memiliki dasar dari syari’at dan diamalkan oleh salaf, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah
- Memang sebagian ulama menganggap hal ini termasuk bid’ah, sebagaimana pendapat Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah (silakan baca di: http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=20509). Menurut beliau, mengkhususkan hari untuk saling berkunjung kepada sesama orang yang hidup hukumnya sama seperti mengkhususkan hari untuk berkunjung ke orang mati (ziarah kubur). Sedangkan mengkhususkan hari untuk ziarah kubur adalah bid’ah. Namun pendapat ini nampaknya kurang tepat jika kita menimbang alasan-alasan di atas. Yang jelas, permasalahan ini termasuk ranah ijtihadiyyah yang semestinya kita bisa toleran terhadap pendapat yang ada dari para ulama. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !