Bismillahirrohmanirrohim
Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam
Wa ba'du
….
Kehidupan Rasulullah Bersama Istri - Istri Beliau
Disusun oleh:
Ust. Firanda Andirja Abidin
".......
1) Khadijah binti Khuwailid
Istri pertama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad. Dan umur beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tatkala menikahi Khadijah adalah dua puluh lima tahun[1], sedangkan Khadijah berumur dua puluh delapan tahun[2]. Khadijah adalah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling dekat nasabnya dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam [3]. Semua anak-anak Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam merupakan anak Khadijah kecuali Ibrohim.
Khadijah adalah seorang wanita yang kaya dan cantik serta memilki kedudukan yang tinggi di masyarakat sehingga banyak orang Quraisy yang ingin menikahinya. Akan tetapi hatinya terpikat pada sosok seorang pemuda yang tidak memiliki harta namun memiliki budi pekerti yang luhur dan tinggi, dialah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Khodijah-lah yang telah berkorban harta dan jiwanya untuk membela kenabian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, menenangkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tatkala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam gelisah, meyakinkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau berada di atas kebenaran.
Beliaulah yang telah berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan yang indah yang terabadikan di buku-buku hadits tatkala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya,
لَقَدْ خَشِيْتُ عَلَى نَفْسِي
“Aku mengkhawatirkan diriku”[4],
maka Khadijah berkata,
كَلاَّ أَبْشِرْ فَوَاللهِ لاَ
يُخْزِيْكَ اللهُ أَبَدًا فَوَاللهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمِ وَتَصْدُقُ
الْحَدِيْثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ وَتَقْرِي
الضَّيْفَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّح
“Sekali-kali tidak, bergembiralah !!!. Demi Allah, sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan menolong orang-orang yang terkena musibah”[5]
Demikianlah sikap Khadijah yang mulia untuk menenangkan dan meyakinkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai Khadijah. Beliau terang-terangan menyatakan cintanya dan mengakui keutamaan dan kemuliaan Khadijah, sampai-sampai Aisyah berkata,
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صلى
الله عليه وسلم مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ وَمَا رَأَيْتَهَا وَلَكِنْ
كَانَ النبي صلى الله عليه وسلم يُكْثِرُ ذِكْرَهَا وَرُبَّمَا ذَبَحَ
الشَّاةَ ثُمَّ يَقْطَعُهَا أَعْضَاءَ ثُمَّ يَبْعَثُهَا فِي صَدَائِقِ
خَدِيْجَةَ فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا
امْرَأَةٌ إِلاَّ خَدِيْجَةُ فَيَقُوْلُ إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ
وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ
“Aku tidak pernah cemburu pada seorangpun dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti kecemburuanku pada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut namanya. Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih seekor kambing kemudian beliau memotong-motongnya lalu mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Terkadang aku berkata kepadanya, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita yang lain kecuali Khadijah”, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia itu wanita yang demikian dan demikian[6] dan aku dahulu memiliki putra darinya….” (HR Al-Bukhari III/1389 no. 3907)
Aisyah cemburu kepada Khadijah padahal Khadijah telah meninggal dunia…!!!
Khadijah wafat tiga tahun sebelum hijrah[7]. Dan tatkala Khadijah wafat maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat sedih sekali, hingga tahun wafatnya Khadijah disebut dengan “Tahun kesedihan” –dan telah meninggal pada waktu itu juga paman beliau Abu Tholib-”
Selanjutnya marilah kita cermati perkataan Ibnul Qoyyim –rohimahulloh- (Lihat Zaadul Ma’ad I/105-113) yang menceritakan silsilah sejarah pernikahan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata,
2) Kemudian beberapa hari setelah itu beliau menikahi Saudah binti Zam’ah Al-Qurosyiah, dialah yang telah menghadiahkan hari gilirannya (giliran menginap Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri-istrinya) bagi Aisyah.
3) Kemudian beliau menikah dengan Ummu Abdillah ‘Aisyah As-Siddiqoh binti As-Shiddiq yang telah dinyatakan kesuciannya oleh Allah dari atas langit yang tujuh. Kekasih Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, putri Abu Bakar As-Shiddiq. Malaikat telah menampakkan 'Aisyah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahinya dalam mimpi beliau, dimana Aisyah tertutup wajahnya dengan selembar kain dari kain sutra lalu malaikat itu berkata, “Inilah istrimu (bukalah kain penutup wajahnya)” ( HR Al-Bukhari III/1415 no 3682 dan Muslim IV/1889 no 2438).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahinya pada bulan Syawwal dan umurnya adalah enam tahun. Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam baru menggaulinya pada Syawwal pada tahun pertama Hijrah ketika umurnya sembilan tahun. Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menikahi seorang perawan pun selain Aisyah. Dan tidaklah turun wahyu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tatkala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang bersama istrinya dalam satu selimut selain selimut Aisyah.
Beliau adalah wanita yang paling dicintai Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Turun wahyu dari langit menjelaskan terbebasnya beliau dari tuduhan zina, dan umat sepakat akan kafirnya orang yang menuduhnya berzina. Dia adalah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling paham agama dan yang paling pandai, bahkan terpandai di antara para wanita umat ini secara mutlak. Para pembesar sahabat kembali kepada pendapatnya dan meminta fatwa kepadanya. Dikatakan bahwa beliau keguguran, namun khabar ini tidak benar.
4) Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshoh binti Umar bin Al-Khotthob. Abu Dawud menyebutkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menceraikannya kemudian ruju’ (kembali) lagi kepadanya.
5) Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits Al-Qoisiyah dari bani Hilal bin ‘Amir. Dan beliau wafat di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah tinggal bersamanya selama dua bulan.
6) Kemudian beliau menikah dengan Ummu Salamah Hind binti Abi Umayyah Al-Qurosyiah Al-Makhzumiah, nama Abu Umayyah adalah Hudzaifah bin Al-Mughiroh. Ia adalah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling terakhir wafatnya[8]. Dan dikatakan bahwa yang paling terakhir wafat adalah Shofiah.
7) Kemudian beliau menikahi Zainab binti Jahsy dari bani Asad bin Khuzaimah dan dia adalah anak Umayyah, bibi Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan dialah yang tentangnya turun firman Allah,
فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَراً زَوَّجْنَاكَهَا
"... Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia ..." (QS. Al- Ahzab [33]:37)
Dan dengan kisah inilah maka ia berbangga di hadapan para istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang lain. Ia berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, adapun aku dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang ke tujuh”. Oleh karena itu di antara keistimewaannya adalah Allah-lah yang telah menikahkannya dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia wafat di awal kekhalifahan Umar bin Al-Khotthob[9].
Dahulunya ia adalah istri Zaid bin Haritsah dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya. Tatkala Zaid menceraikannya, maka Allah pun menikahkannya dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar umat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bisa mencontohi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menikahi istri-istri anak-anak angkat mereka.
8) Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhiror Al-Mushtholiqiah dan ia merupakan tawanan bani Mushtholiq (Kabilah Yahudi) lalu ia pun datang menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam meminta agar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membantu penebusannya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kemudian menebusnya dan menikahinya.
9) Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Habibah dan namanya adalah Romlah binti Abi Sufyan Sokhr bin Harb Al-Qurosyiah Al-Umawiah. Dan dikatakan namanya adalah Hind.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahinya dan Ummu Habibah sedang berada di negeri Habasyah karena berhijrah dari Mekkah ke negeri Habasyah. Najasyi memberikan mahar atas nama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Habibah sebanyak empat ratus dinar. Lalu ia dibawa dari Habasyah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (di Madinah). Ummu Habibah meninggal di masa pemerintahan saudaranya Mu’awiyah.
10) Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Shofiyyah binti Huyaiy bin Akhthub pemimpin bani Nadhir dari keturunan Harun bin Imron 'alaihis salaam saudara Musa 'alaihis salaam. Ia adalah putri (keturunan) nabi (Harun 'alaihis salaam) dan istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Ia termasuk wanita tercantik di dunia. Dahulunya ia adalah tawanan (budak) Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerdekakannya dan menjadikan pembebasannya sebagai maharnya.[10]
11) Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah binti Al-Harits Al-Hilaiah dan ia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahinya di Mekkah pada waktu Umroh Al-Qodho’ setelah beliau tahallul –menurut pendapat yang benar-. Beliau wafat pada masa pemerintahan Mu’awiyah.
12) Dan dikatakan bahwa termasuk istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah Roihanah binti Zaid An-Nasroniah dan dikatakan juga Al-Quroizhiah. Ia ditawan pada waktu perang bani Quroizhoh, maka tatkala itu ia adalah tawanan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerdekakannya dan menikahinya. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menceraikannya sekali kemudian ruju’ (kembali) kepadanya.
Dan sekelompok (ulama) yang lain menyatakan bahwa Roihanah adalah budak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang digauli oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan terus menjadi budaknya hingga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat. Maka dia terhitung termasuk budak-budak Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bukan termasuk istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dan pendapat yang pertama adalah pilihan Al-Waqidi dan disetujui oleh Syarofuddin Ad-Dimyathi dan dia mengatakan bahwa pendapat inilah yang lebih kuat menurut para ahli ilmu. Namun perkataannya itu perlu dicek kembali karena yang dikenal bahwasanya Roihanah termasuk budak-budak Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam [11].
.............."
______________________
Foot Note:
[1] Berkata Ibnu Hajar, “Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama” (Fathul Bari VII/134)
[2] Ini merupakan riwayat Ibnu Ishaq. Adapun riwayat Al-Waqidi menunjukkan bahwa Khadijah tatkala itu berumur 40 tahun. Berkata Doktor Akrom Dhiya’ Al-‘Umari, “Khodijah telah melahirkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dua orang putra dan empat orang putri, yang hal ini menguatkan riwayat Ibnu Ishaq (bahwasanya umur Khadijah tatkala menikah dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah 28 tahun) karena pada umumnya wanita telah mencapai masa menopause sebelum mencapai lima puluh tahun." (Lihat As-Shiroh An-Nabawiyah As-Shahihah I/113). Selain itu menurut para ahli hadits, Ibnu Ishaq lebih tsiqoh dalam periwayatan daripada Al-Waqidi.
[3] Karena Khadijah adalah binti Khuwailid bin Asad bin Abi Uzza bin Qushoi, dan nasabnya bertemu dengan nasab Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Qushoi. Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menikah dari keturunan Qushoi selain Khodijah, kecuali Ummu Habibah (Fathul Bari VII/134)
[4] Yaitu tatkala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam didatangi oleh Malaikat Jibril, maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun ketakutan dan beliau takut kalau beliau tersihir atau kemasukan jin
[5] HR. Al-Bukhari I/4 no. 3 dan Muslim I/139 no. 160.
Para pembaca yang budiman…lihatlah sifat-sifat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan oleh Khadijah, semuanya kembali pada memberi manfaat kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka serta menghilangkan kesulitan mereka.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda
وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberi manfaat kepada manusia." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 426)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
أَحَبُّ
النَّاسِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ وَأَحَبُّ
الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سُرُوْرٌ يدُخْلِهُ ُعَلَى مُسْلِمٍ
أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً أَوْ يَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا أَوْ يَطْرُدُ
عَنْهُ جُوْعًا وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ ( يعني مسجد المدينة ) شَهْرًا
وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ _
وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ _ مَلَأَ اللهُ قَلْبَهُ رَجَاءَ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيْهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى
تَتَهَيَّأَ لَهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزُوْلُ الأَقْدَامُ
وَإِنَّ سُوْءَ الْخُلُقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ
الْعَسَلَ
"Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan sebaik-baik amalan di sisi Allah adalah memasukan rasa gembira pada hati seorang muslim, atau mengangkat kesulitan yang dihadapinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku untuk menunaikan kebutuhannya lebih aku sukai daripada aku i’tikaf selama sebulan penuh di mesjid ini (mesjid Nabawi). Barangsiapa yang menahan rasa marahnya maka Allah akan menutup auratnya (keburukan-keburukannya) pada hari kiamat. Barangsiapa siapa yang menahan amarahnya –yang jika dia kehendaki maka bisa dia luapkan kemarahannya tersebut- maka Allah akan memenuhi hatinya dengan (selalu) mengharapkan hari kiamat. Barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya dalam suatu keperluan hingga ia siap untuk menunaikan kebutuhannya maka Allah akan mengkokohkan kakinya di hari dimana kaki-kaki akan tergelincir. Sesungguhnya akhlak yang buruk merusak amal sebagaimana cuka merusak madu." (Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 906)
Oleh karena itu barang siapa yang hendak menjadi pemegang panji pembela kebenaran, dalam mendakwahkan risalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka ia harus berusaha merealisasikan sifat-sifat ini pada dirinya, baik dalam perkataan maupun dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagai bentuk teladan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Atau dengan ibarat lain yang lebih jelas, bahwasanya barangsiapa yang memutuskan tali silaturahmi atau tidak memberi faedah kepada masyarakat, padahal ia memiliki kedudukan atau posisi penting, atau sikapnya keras terhadap fakir miskin dan orang-orang yang lemah, hatinya tidak tergugah dengan rintihan mereka, matanya tidak meneteskan air mata karena kasihan kepadanya; maka hendaknya janganlah ia berangan-angan menjadi pemegang panji utama pembela kebenaran, hendaknya ia menyerahkan panji tersebut kepada orang lain karena sesungguhnya ia belum layak menjadi penerus Muhammad dalam memimpin umatnya, Allahul Musta’aan…!!!!
[6] Yaitu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kebaikan-kebaikan Khadijah
[7] Zaadul Ma’ad I/105
[8] Yaitu pada tahun 62 H pada masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah (Zaadul Ma’aad I/114)
[9] Dan Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang pertama (wafat) menyusul Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau wafat pada tahun 20 H (Zaadul Ma’aad I/114)
[10] Langgengnya pernikahan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan Shofiyyah menunjukan mulianya akhlak Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana tidak..??, ayah Shofiyyah, pamannya, dan suaminya tewas di medan pertempuran melawan kaum muslimin yang dipimpin oleh shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kalau bukan akhlak Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang sempurna tentunya Shofiyyah sebagaimana manusia biasa sewajarnya akan marah dan dendam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam serta lebih condong untuk membela ayah, paman, dan suaminya. Sungguh benar firman Allah,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas budi pekerti yang luhur” (QS. Al Qolam [68]:4)
[11] Budak-budak wanita Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ada empat, di antaranya Maariyah (dialah yang melahirkan Ibrahim, putra Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam), Roihaanah, seorang budak wanita cantik yang ditemukan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam diantara para tawanan, dan seorang budak wanita yang dihadiahkan oleh Zainab binti Jahsy kepada beliau shallahu ‘alaihi wa sallam (Zaadul Ma’aad I/114)
Sumber: firanda.com
Subhanakallaahumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !