Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

16 Agustus 2009

FILE 126 : Mengkritisi Fitnah Tahdzir Sesama Ahlussunnah

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Fenomena Kritik Yang Ironis

Penulis :

Shadiq bin Muhammad Al Baidhoni

Jiwa manusia ibarat sebuah kaca yang mudah pecah. Apabila kita menasehatinya dengan cara yang baik maka akan dapat menumbuhkan kecintaan pada jiwa itu. Namun jika sebaliknya, maka kita akan dapat menyebabkan kehancurannya dan mengekalkan kedengkian di dalamnya.Nasehat atau kritikan yang disampaikan kepada manusia ada yang diterima dan ada yang ditolak. Kritikan itu umumnya diterima jika disampaikan dengan tutur kata yang baik. Jika tidak, maka akan ditolak.

Jika diperhatikan sekarang ini ditengah masyarakat islam, kita dapatkan fenomena berbahaya yang membingungkan akal. Yaitu adanya sebagian orang yang gemar menghujat pihak lain yang berbeda pendapat dengannya meskipun dalam masalah yang terdapat khilaf didalamnya.

Hal ini menunjukkan kepada kita terhadap bahaya dan keburukan yang besar. Ironisnya, semua itu muncul dengan alasan yang dikait-kaitkan dengan salah satu cabang ilmu syar’i oleh orang-orang yang kurang berkompeten didalamnya, sehingga tidak sesuai dengan fitrahnya sendiri apalagi orang yang menyelisihinya.

Mereka hanya mengandalkan niat baik dan mengaku-aku mendekatkan diri kepada Allah dengan mengkritisi pihak-pihak yang berselisih dengannya dengan mengatas namakan ilmu jarh wat ta’dil.

Sebenarnya, Ilmu ini dibangun atas kaidah kokoh yang dipersembahkan oleh ulama besar yang dipersaksikan keluasan ilmunya, takwa dan kezuhudannya. Beliau adalah seorang Imam di negerinya, rujukan bagi ulama-ulama pada zamannya, yang lebih sibuk mengurusi aibnya daripada aib orang lain. Kecuali apabila kemashlahatan memaksa beliau untuk mengkritisi orang menyimpang, yang apabila diam bisa menyebabkan kerusakan yang lebih besar.Itupun setelah betul-betul mencari yang benar dan mendahulukan nasehat dengan sembunyi-sembunyi. Tidaklah juga beliau mengkritisi permasalahan yang terdapat khilaf ulama didalamnya.

Adapun orang yang belum belajar dengan benar atau baru belajar 5 tahun bahkan kurang, juga belum menguasai ilmu alat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid serta belum terpenuhi syarat-syarat baginya untuk menjadi orang yang berhak men-jarh atau menghukumi, maka penilaiannya terhadap seseorang itu tidaklah dianggap hujjah. Hal ini karena penilaiannya tidak akan keluar dari 6 kemungkinan yang kita berlindung daripadanya:

  • Berlebihan-lebihan dalam menilai,
  • Menghujat orang yang tidak perlu dihujat,
  • Balas dendam,
  • Menghukum,
  • Ingin terkenal,
  • Mencari kedekatan dari orang yang menjadi kiblat keagamaannya

Hal ini terjadi karena sedikitnya ilmu dan tergesa-gesa sebelum menguasainya. Dan alangkah banyaknya hal ini terjadi saat ini.

Bagaimanapun juga kemashlahatan umat tidak dapat dibangun di atas pondasi kebencian, permusuhan, perampasan hak dan menyia-nyiakan kemampuan ilmiyah seseorang hanya karena alasan yang kurang tepat. Akan tetapi kemashlahatan dibangun dengan mengikuti petunjuk islam, berhenti pada tempat berhentinya para salaf. Dan terkadang, manusia hari ini berbuat salah maka esok dia akan meninggalkannya karena memang demikianlah manusia tercipta.

Abu Darda’ berkata :

إذا تغير أخوك وحال عما كان عليه فلا تدعه لأجل ذلك فإن أخاك يعوج مرةً ويستقيم أخرى

” Apabila suatu ketika saudaramu berubah dari kebiasaannya maka jangan engkau meninggalkannya semata karena perubahan itu. Karena suatu ketika ia berbelok dan pada saat yang lain ia akan kembali lurus.”

Sumber :

An Naqd Al Marfudh

Oleh Syaikh Shadiq AlBaidhoni di http://baidhani.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=23

*****

Sumber: direktori-islam.com

.

Di sini saya [Sa’ad] ingin menambahkan sebuah keterangan yang dikemukakan oleh Imam an-Nawawi rohimahulloh dalam kitab beliau, Riyaadlush Sholihin, Bab Ghibah yang Diperbolehkan:

“…Di antaranya ketika mengetahui seorang yang belajar dari ahli bid’ah atau fasiq untuk mencari ilmu; lalu orang yang mengetahuinya tadi takut jika akan membahayakan pencari ilmu tersebut, maka ia wajib menasihatinya dengan membeberkan keadaan sebenarnya dari gurunya tadi dengan syarat bahwa hal itu dilakukan dengan niat memberi nasihat.

Dalam hal ini banyak terjadi kesalahpahaman, karena bisa jadi orang yang menasihati tadi terdorong oleh iri dan dengki (Hasad), lalu syaithan datang mengaburkan dan mencampuradukkan antara nasihat dan iri hati, dan dikhayalkan padanya [orang yang memberi nasihat/tahdzir –Sa’ad] bahwa ia telah memberi nasihat. Maka hendaknya hal ini dapat dibedakan.”

[Sumber: Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid II; Penerbit: Duta Ilmu – Surabaya, Cetakan III Agustus 2006, hal. 549]

Wallohu-l Muwaffiq.

.

Link Terkait :

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !