Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

13 November 2008

FILE 86 : "Dalam Kisah Mereka Terdapat Pelajaran ..."

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Seorang Ayah Bertaubat

dengan Sebab Anaknya yang Masih Berusia 7 tahun

.

Satu lagi, kisah nyata di zaman ini. Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain.

Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.

Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya:

“Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya.

Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?”

Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah yang di langit melihatmu.

Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah.

Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku.

Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah.

Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar … lalu ia shalat maghrib di hadapan saya.

Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):

”Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Alllah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syetan” (Maryam: 45)

Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya.

Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setalah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”

Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh.

Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), ”Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi).”

Saya katakan kepadanya, ”Biar kita ke masjid dekat rumah saja.”

Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.

Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut. Dan Marwan selalu memandang saya.

Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (An-Nuur: 21)

Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya.

Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, ”Sudahlah wahai Abi!”

Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, ”Kamu jangan cemas.”

Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.

Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.

Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan, “Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?”

Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata, “Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.”

Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah- saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.

Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah”.

Saudaraku kaum muslimin, sampai di sini kisah tersebut berakhir. Kisah singkat yang sarat dengan pelajaran bagi kaum yang mau memikirkannya. Diantara pelajaran yang dapat saya (Abu Ibrahim) ambil dari kisah ini adalah:

1. Hidayah adalah kehendak Allah Ta’ala, dengan cara, sebab atau perantara apapun yang Dia kehendaki. Manusia tidak bisa memberi hidayah kepada siapapun, sekalipun Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Sebagaimana kita ketahui beliau tidak dapat memaksa paman beliau untuk masuk islam menjelang kematiannya dan paman beliau mati dalam keadaan kafir. Kisah ini telah masyhur.

2. Keutamaan memiliki istri shalihah. Sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri shalihah, maka barangsiapa yang memiliki istri shalihah berarti dia telah mendapatkan sebaik-baik perhiasan di dunia ini. Renungkanlah ini wahai pemuda yang akan menikah, pemudi yang akan menjadi istri dan orang tua yang akan mendidik anak-anak perempuannya agar kelak menjadi istri yang shalihah. Perhatikanlah Marwan, perhatikan siapa yang mendidiknya.

3. Hendaknya para pemuda tidak memperturutkan hawa nafsunya dalam mencari pendamping hidup, ingatlah sesungguhnya istri-istri kita adalah ustadzah bagi anak-anak kita, menjadi madrasatul iman bagi generasi muda islam di masa mendatang dan merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Renungkan wahai pemuda apabila istrimu adalah orang yang jahil akan ilmu agama, apa yang akan ia ajarkan kepada anak-anakmu. Renungkan wahai pemuda apabila istrimu bahkan tidak mengajarinya ilmu agama sama sekali, karena ia sibuk dengan karirnya. Renungkanlah wahai pemuda muslim, sesungguhnya fitnah akhir zaman ini sangat dahsyat, berbagai macam pelanggaran syariat terjadi dimana-mana. Zaman ini seperti cambuk, semakin ke ujung semakin kecil. Kebaikan ada pada pendahulu umat ini, semakin ke ujung kualitas manusia secara umum semakin buruk dan semakin buruk, hingga yang terburuk adalah mereka yang bertemu dengan Yaumul Qiyamah. Apa jadinya ketika kerusakan di muka bumi semakin menjadi-jadi, sedangkan anak-anak kita akan menghadapinya tanpa tarbiyatul iman (pembinaan iman) dan tanpa aqidah yang kokoh yang diajarkan oleh ibu dan bapaknya.

Saudara-saudaraku, berhati-hatilah terhadap fitnah dunia. Sihirnya Harut dan Marut mampu memisahkan seorang istri dari suaminya, tapi sihirnya dunia mampu memisahkan sorang hamba dari Rabbnya. Betapa banyak orang yang merasakan musibah pada dunianya, namun tidak merasakan musibah pada agamanya. Ketika hartanya hilang atau berkurang, dia merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Namun ketika berkurang hafalan Al-Qur’an atau haditsnya, menjadi malas shalat berjama’ah, menjadi enggan bershadaqah dan kebaikan-kebaikan lain ia tinggalkan, dia tidak merasa bahwa sesuatu yang sangat berharga telah hilang dari dirinya.

Untuk saudaraku para pemuda muslim, berhati-hatilah terhadap fitnah wanita. Fitnah wanita adalah fitnah paling berbahaya bagi laki-laki, sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam khabarkan. Wanita adalah makhluk yang kurang agama dan kurang akalnya, namun mampu menggoyahkan iman laki-laki yang lebih sempurna agama dan akalnya. Terlebih lagi bagi remaja muslim, yang sedang memasuki masa puber, berhati-hatilah dengan virus ‘merah jambu’. Telah banyak korban berjatuhan akibat virus ini. Waspadalah terhadap virus ini dengan mengenali gejala-gejalanya. Insya Allah, saudara-saudaraku dapat memahami apa yang saya maksudkan.

4. Tidak perlu berkecil hati bagi pemuda yang mendapati istrinya lebih berilmu dari dirinya. Justru ini adalah kebaikan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Dalam memilih teman saja kita sangat dianjurkan untuk memilih teman yang shalih, apalagi istri. Istri adalah orang yang paling dekat dengan kita, lebih dekat di banding teman. Perhatikanlah hal ini.

5. Terimalah kebenaran walaupun yang menyampaikan kebenaran itu adalah orang yang yang dianggap remeh oleh kebanyakan manusia.

6. Bahaya berteman dengan orang-orang jahat, ahli maksiat, dan jauh dari ilmu agama. Orang-orang jahat, ahli maksiat dan bodoh akan ilmu agama wajib dijauhi karena mereka sama sekali tidak mengingatkan kita akan Darul Qarar, negeri akhirat yang abadi, yang wajib bagi setiap muslim menjadikannya sebagai tujuan terbesar dalam hidupnya.

7. Hendaknya setiap muslim mengintrospeksi dirinya, apakah hatinya bergetar ketika ayat-ayat Allah dibacakan atau tidak. Apabila hati itu bergetar mendengar ayat-ayat Allah dibacakan maka berbahagialah, apabila tidak maka segeralah bertaubat dari maksiat-maksiat yang selama ini dilakukan dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan.

Ditulis ulang dari buku "Da’i Cilik" karya ustadz Fariq Ghasim, oleh Abu Ibrahim (Cape Stone, Manado) .

Sumber :alfurwaday.blog.friendster.com

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !