Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

05 Mei 2018

FILE 370 : Bolehkah Jual Beli Beras secara Kredit?

Bismillaahirrohmaanirrohiim            
Walhamdulillaah,      
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi  wa 'alaa aalihi  wa shahbihi  wa sallam            
Wa ba'du .... .  .


  Tidak Boleh Beli Beras dengan Cara Berutang?    
Disusun Oleh:
Ust. Ahmad Anshori hafidhahullah 
 
Bismillah was shalatu was salamu ‘alaa Rasulillah, 
Wa ba’du, 

Beras adalah salah satu dari enam benda ribawi. Sebagaimana kurma, gandum halus, gandum kasar dan garam.

Ada aturan khusus yang berlaku pada enam benda ribawi tersebut. Sehingga wajar bila muncul keraguan, apakah boleh membeli beras dengan cara berutang. Mengingat ada hadis yang menyinggung, bahwa transaksi benda ribawi harus tunai atau kontan.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملح بالملح مثلاً بمثل سواء بسواء يدا بيد، فإذا اختلفت هذه الأصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يداً بيد.

Jika emas dibarter dengan emas, perak dibarter dengan perak, gandum bur (halus) dibarter dengan gandum bur, gandum sya’ir (kasar) dibarter dengan gandum sya’ir, kurma dibarter dengan kurma, garam dibarter dengan garam, maka takarannya harus sama dan harus tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda, maka takarannya boleh sesuka hati kalian, asalkan tunai/kontan.” 
(HR. Muslim) 


Aturan Baku Dalam Benda Ribawi 


Dari hadis di atas, disimpulkan aturan baku yang berlaku dalam enam benda ribawi : 

Pertama, jika tukar menukar itu dilakukan untuk barang yang sejenis, maka ada 2 syarat yang harus dipenuhi, yaitu wajib sama kuantitas dan wajib tunai.

Misal emas dengan emas, perak dengan perak, rupiah dengan rupiah, atau kurma jenis A dengan kurma jenis B, dst. Dalam transaksi di atas, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan,

مثلاً بمثل سواء بسواء يدا بيد

Takarannya harus sama, ukurannya harus sama dan dari tangan ke tangan (tunai). 

Dan jika dalam transaksi itu ada kelebihan, statusnya riba. 

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

فمن زاد أو استزاد فقد أربى، الآخذ والمعطي فيه سواء

Siapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah melakukan transaksi riba. 
Dia yang mengambil maupun yang memberinya, sama-sama berada dalam dosa.. 

Kedua, jika barter dilakukan antar barang yang berbeda, namun masih satu kelompok, syaratnya satu : wajib tunai. 

Misalnya, (menukar) emas dengan perak. Boleh beda berat, tapi wajib tunai. Termasuk rupiah dengan dolar, sama-sama mata uang. Boleh beda nilai, tapi harus tunai. Termasuk juga barter antara kurma dengan gandum atau beras dengan tepung.

Dalam hadis di atas, Nabi menegaskan,

فإذا اختلفت هذه الأصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يداً بيد

Jika benda yang dibarterkan berbeda, maka takarannya boleh sesuka hati kalian, asalkan dari tangan ke tangan (tunai)

Ketiga, jika barter dilakukan untuk benda yang beda kelompok. Tidak ada aturan khusus untuk hal ini. Sehingga boleh tidak sama dan boleh tidak tunai.

Misal jual beli beras dengan dibayar uang atau jual beli garam dibayar dengan uang. Semua boleh terhutang selama saling ridha.

(Referensi: Buku: Ada Apa dengan Riba, Ust. Ammi Nur Baits, hal.68-69). 


Membeli Beras dengan Berutang, Bolehkah? 

Kasus membeli beras dengan cara berutang, hakikatnya adalah tukar menukar benda ribawi dengan benda ribawi lainnya yang beda kelompok. Yaitu antara beras dengan uang. Para ulama menggolongkan uang ke dalam benda ribawi, diqiyaskan dengan emas dan perak.

Sehingga aturan yang berlaku dalam ini adalah poin ketiga, yakni boleh tidak sama dan boleh tidak tunai atau hutang. 

Namun ada syarat yang harus terpenuhi, yaitu barang yang terhutang tersebut harus jelas takarannya, harganya jelas, dan waktu pelunasan juga jelas. 

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan,

من أَسْلَفَ في شَيْءٍ فَفِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إلى أَجَلٍ مَعْلُومٍ

“Barang siapa yang berhutang dalam membeli sesuatu, maka jumlah takaran barang harus jelas, beratnya jelas, dan hingga tempo yang sudah ditentukan (melalui kesepakan kedua belah pihak). 
(Muttafaqun ‘alaih)

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah pernah ditanya tentang hukum beli kurma dengan cara hutang, beliau menjawab,

…فلا حرج في ذلك، إذا كان المبيع معلوماً، والثمن معلوماً، والأجل معلوماً – إن كان مؤجلاً

Tidak masalah membeli kurma dengan cara hutang, asal barangnya jelas, harganya jelas dan waktu pelunasan juga jelas… 

(Fatwa beliau bisa dilihat di : http://www.binbaz.org.sa/fatawa/3874)

Demikian… 

Wallahua’lam bis showab


*****
Sumber: konsultasisyariah.com    

Subhanakallohumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika   
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !