Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

30 Juni 2013

FILE 300 : Mutiara Hikmah dari Syaikh Ali bin Hasan al Halabi

Bismillahirrohmanirrohim
Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam
Wa ba'du
…..

Mutiara Hikmah dari Syaikh Ali bin Hasan al Halabi hafidhahullah

.Sebuah catatan dari acara Muhadharah 
yang diselenggarakan di Masjid Agung Medan
pada hari Ahad, tanggal 21 Sya'ban 1434 H (30 Juni 2013)


Sesi I : Taushiyah Umum (diterjemahkan oleh Ust. Ali Nur hafidhahullah)
  • Ketundukan kepada Al Qur'an itu sejajar dengan ketundukan kepada As Sunnah, karena keduanya adalah wahyu dari Allah; dan Allah telah menegaskan hal itu dalam firman-Nya,'.. dan taatlah kepada Allah (Al Qur'an) dan taatlah kepada Rasul (As Sunnah) ...
  • Bahwasanya Ad Diin (agama) itu adalah nasihat, yakni nasihat bagi Allah, Kitab-Nya (Al Qur'an), Rasul-Nya (Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam), pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin ('aammaatihim) secara umum. Mengutip hadits riwayat Muslim dari shahabat Tamim bin 'Aus radliyallaahu 'anhu
  • Sesuatu itu tidaklah disebut nasihat, kecuali bila ia dilakukan dengan dasar kecintaan kepada pihak yang dinasihati
  • Nasihat bagi Allah, yakni dengan menunaikan hak-hak Allah, khususnya dalam beribadah, sebagai realisasi apa yang rutin kita ucapkan dalam sholat kita 'Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin' (Hanya kepada-Mu lah ya Allah, kami menyembah; dan hanya kepada-Mu lah ya Allah, kami memohon pertolongan) [serta wasiat Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam kepada shahabat Ibnu 'Abbas radliyallaahu 'anhumaa,'Idzaa sa-alaka fas alillaah, wa idzas ta'an ta fasta'in billaah' (Jika engkau meminta, memintalah hanya kepada Allah; dan jika engkau memohon pertolongan, mohon pertolongan lah kepada Allah) -Sa'ad]
  • Nasihat bagi kitab-Nya, yaitu menunaikan hak-hak nya Al Qur'an, seperti mengimaninya sebagai kalam (perkataan) Allah, membacanya, menghafalnya, merenungi (tadabbur) Al Qur'an, mengimani berita-beritanya, dan melaksanakan hukum-hukum yang terkandung di dalam nya semampu kita
  • Nasihat bagi Rasul-Nya, yaitu dengan mencintai beliau (sesuai dengan aturan syari'at) dan mengikuti (ittiba') kepada beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam; karena kecintaan itu berkonsekuensi mengikuti kepada yang dicintai
  • Nasihat bagi pemimpin kaum muslimin, yakni dengan mendo'akan (kebaikan) bagi mereka, mentaati mereka (dalam kebaikan), menasihati mereka dengan cara yang baik, dan tidak memberontak (khuruj) terhadap mereka
  • Nasihat bagi seluruh kaum muslimin, yakni dengan merealisasikan hak-hak kaum muslimin, seperti mendo'akan mereka, bergaul dengan mereka secara baik, dan lain-lainnya sebagaimana telah banyak ayat dan hadits yang mencantumkan hak-hak kaum muslimin untuk kemaslahatan dunia dan akhirat mereka

Sesi II : Tanya Jawab (diterjemahkan oleh Ust. Abu Ihsan hafidhahullah)
  • Terkait sikap terhadap kaum muslimin ahlussunnah (yang saat ini sedang terdzalimi) di Suriah, Syaikh menasihatkan bahwasanya kewajiban bagi kaum muslimin yang bertetangga dengan Suriah adalah memberikan dukungan logistik dan persenjataan, karena itulah yang saat ini dibutuhkan oleh saudara kita di Suriah. Mereka (ahlussunnah di Suriah) tidak membutuhkan bantuan personil, bahkan bisa jadi kepergian kita ke Suriah malah merepotkan mereka dalam berjuang. Sementara bagi kita yang berada jauh dari Suriah, minimal yang dapat kita lakukan adalah mendo'akan pertolongan Allah bagi mereka, tidak dengan berangkat ke Suriah untuk berjihad, karena kita juga mempunyai kewajiban-kewajiban sendiri di negeri ini.
  • Terkait perbedaan antara menasihati penguasa secara langsung dengan demonstrasi damai, Syaikh menasihatkan bahwasanya yang dimaksudkan menasihati penguasa secara langsung tersebut adalah dengan cara duduk bersama dan dilakukan secara rahasia (sirr/empat mata); tidak di muka umum (seperti di atas mimbar, demonstrasi, tulisan di surat kabar dan semisalnya) karena hal tersebut dapat menjatuhkan wibawa pemerintah serta menyebabkan nasihat lebih susah diterima
  • Terkait hadits barangsiapa mendatangi pintu penguasa maka dia akan terfitnah, dengan menasihati penguasa (yang berkonsekuensi mendatangi/mendekati pintu penguasa); Syaikh menjelaskan bahwa di sisi lain juga terdapat hadits yang menjelaskan bahwasanya penguasa/pemimpin itu mempunyai dua bithanah (pengiring/penasihat) yaitu bithanah kepada kebaikan dan bithanah kepada keburukan. Maka untuk memahami kedua hadits ini, bahwasanya yang dimaksud dalam hadits yang pertama (larangan mendatangi pintu penguasa) adalah mendatangi penguasa untuk maksud dan tujuan keduniaan (seperti lobi politik, proyek, dan semisalnya), dan dikecualikan apabila untuk maksud dan tujuan kebaikan/maslahat umum atau akhirat. Dari sini, maka yang harus selalu diperhatikan adalah meluruskan dan memperbaiki niat ketika mendatangi penguasa untuk memberikan nasihat, dan manusia itu lebih mengetahui tentang dirinya sendiri daripada orang lain (meskipun dia mengemukakan berbagai alasan)
  • Terkait sikap penuntut ilmu terhadap perselisihan para 'ulama, Syaikh menjelaskan bahwasanya hal tersebut tergantung kepada tingkatan penuntut ilmu tersebut; jika dia mampu membahas dan meneliti untuk menguatkan/memilih salah satu pendapat, maka itulah yang dia lakukan; jika dia tidak mampu, maka dipersilahkan untuk ber-taqlid kepada ulama yang lebih dia percayai. Namun apabila dia ber-taqlid, maka dia tidak boleh membawa apa yang dia taqlidi itu ke dalam ranah diskusi ilmu, karena dia sendiri sudah mengakui bahwasanya dia tidak mampu berdiskusi (dengan bukti taqlid-nya kepada salah satu pendapat)
  • Terkait pernyataan bahwasanya Syaikh Albani rahimahullah telah mendha'ifkan beberapa hadits dalam Shahih Bukhari, Syaikh menjelaskan bahwasanya sudah merupakan sunnatullah dimana Allah enggan untuk menyempurnakan suatu kitab kecuali kitab-Nya (Al Qur'an). Oleh karena itu, meskipun para 'ulama ahlussunnah telah sepakat bahwasanya kitab yang paling shahih setelah Al Qur'an adalah Shahih Bukhari, mereka tetap beranggapan bahwasanya Shahih Bukhari tidaklah lepas dari cacat. Oleh karena itu, sejak dulu (masa salaf) telah ada 'ulama-'ulama yang meneliti Shahih Bukhari dan mendha'ifkan beberapa hadits di dalam nya. Dalam masalah ini, Syaikh Albani rahimahullah tidak berbeda dengan 'ulama-'ulama tersebut, dimana beliau juga telah mengadakan penelitian yang sangat mendalam terhadap hadits-hadits dalam Shahih Bukhari, sehingga beliau mengikuti sebagian 'ulama terdahulu dalam mendha'ifkan hadits dalam Shahih Bukhari dan meninggalkan sebagian 'ulama terdahulu (yang lain) dalam pen-dha'if-an tersebut. Dan hadits yang beliau dha'ifkan tersebut, sangatlah sedikit bila dibandingkan dengan keseluruhan hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari
  • Terkait pernyataan sebagian ikhwah yang menyebut Syaikh Ali sebagai Murji'ah, Syaikh menyatakan bahwasanya tuduhan seperti ini bukanlah yang pertama terjadi kepada beliau. Dan tuduhan tersebut sangatlah kecil bila dibandingkan dengan tuduhan-tuduhan lain yang pernah dialamatkan kepada para 'ulama sebelum beliau. Pernyataan ini tidaklah keluar kecuali dari orang yang belum memahami hakikat dari murji'ah itu sendiri. Beliau sendiri (Syaikh Ali) sejak mulai menuntut ilmu sampai dengan sekarang, tidak henti-hentinya menyeru kepada sunnah dan memperingatkan dari berbagai kebid'ahan. Beliau menyebutkan perkataan Imam Ahmad yang menyatakan barangsiapa berkeyakinan bahwasanya iman itu bertambah dan berkurang, maka dia telah selamat dari keyakinan murji'ah sejak awal sampai akhir. Syaikh Ali juga menyebutkan keyakinan beliau tentang hakikat iman, yakni Iman itu adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati, perbuatan dengan anggota badan/lahiriah, bertambah dengan ketaatan kepada Allah, dan berkurang dengan ketaatan kepada syetan (5 N = Qoul bil Lisaan, I'tiqad bil Janaan, 'Amal bil Arkaan, Yaziidu bith tho'ati Ar Rahmaan, Yan-qushu bith tho'ati syaithaan)
  • Terkait pandangan beliau terhadap perkembangan Syi'ah, khususnya di Indonesia, Syaikh menjelaskan bahwasanya Syi'ah itu adalah agama di luar Islam. Bukti yang cukup akan hal itu adalah apa yang dikatakan Pembesar (Kabaa-ir) Syi'ah, Ni'matullah Al Jazairi, dalam kitabnya, Al Anwar An Nu'maniyyah, bahwasanya Nabi yang Khalifah nya adalah Abu Bakar, maka dia bukan Nabi kami, Diin (agama) nya bukan agama kami, dan Ilaah (sesembahan) nya bukan sesembahan kami
  • Dan lainnya
Semoga ada manfaatnya.

[Disusun berdasarkan catatan dan ingatan penulis. Semoga Allah mengampuni penulis, kedua orang tua penulis, keluarga penulis, dan seluruh kaum muslimin secara umum]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !