Bismillaahirrohmaanirrohiim
Walhamdulillaah,
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Wa ba'du
...
Paradoks Islam Agama Damai dan Tidak Memaksa
2. Jika Islam mendakwahkan tidak ada paksaan dalam beragama, mengapa orang yang murtad dihukum bunuh? Kenapa tidak membiarkan dia untuk bebas pindah agama?
Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al Mu'minun [23]: 115)
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allahlah Maha Pemberi Rezeki, Yang mempunyai kekuatan, lagi Mahakukuh. (QS. Adz Dzariyat [51]: 56-58)
Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!”. (QS. An Nahl [16]: 36)
Maka, janganlah engkau taati orang-orang kafir dan berjihadlah menghadapi mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) jihad yang besar. (QS. Al Furqan [25]: 52)
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (bukti) yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf [12]: 108)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. An Nahl [16]: 125)
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al Baqarah [2]: 190)
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah [2]: 193)
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. An Nur [24]: 63)
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Mahapenyayang kepadamu.
Ilustrasi, sumber: facebook.com |
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS. Al Baqarah [2]: 256)
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia (Allah) Mahamelihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Fusshilat [41]: 40)
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS. Al Maidah [5]: 48)
Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. (QS. Al Baqarah [2]: 139, Al Qashash [28]: 55, Asy Syura [42]: 15)
Untuk kamu agamamu dan untuk aku agamaku. (QS. Al Kafirun [109]: 6)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal. (QS. Al Hujurat [49]: 13)
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah [2]: 21)
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imran [3]: 19)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran [3]: 85)
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim [14]: 18)
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi walau sedikitpun. (QS. An Nisa' [4]: 123-124)
Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Az Zukhruf [43]: 67)
Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al Fath [48]: 29)
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah [2]: 193)
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu ‘anhumaa, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, akan terjagalah darah-darah dan harta-harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan amalan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari 'Utsman bin 'Affan radliyallaahu 'anhu, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak halal darah seorang muslim kecuali dengan tiga perkara, yaitu: berzina setelah menikah, atau membunuh orang maka ia dibunuh, atau kafir setelah masuk Islam maka ia dibunuh." (HR. Nasa-i, hadits nomor 3990)
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”Siapa yang mengganti agamanya (murtad), maka bunuhlah dia.” (HR. Bukhari dan Nasa-i)
Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal Radliyallaahu 'anhu -tentang orang yang masuk Islam kemudian memeluk agama Yahudi-: "Aku tidak akan duduk sebelum ia dibunuh, (karena ini adalah) keputusan hukum dari Allah dan Rasul-Nya". Lalu diperintahkan untuk membunuhnya dan ia dibunuh. (HR. Bukhari dan Muslim).Dalam riwayat Abu Dawud (ada tambahan): Orang itu telah disuruh bertaubat sebelumnya.(Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Hajar al Asqalani dalam Bulughul Maram, bagian Kitab Hukuman Pidana (Hudud), Bab Memerangi Penjahat dan Membunuh Orang Murtad)
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imran [3]: 86)
Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (murtad) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. (QS. Ali Imran [3]: 89)
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Mahamengetahui. (QS. Al Ma-idah [5]: 54)
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah [2]: 217)
- Abu Sarh, Pengkhianat atau Sahabat Nabi? (https://alfahmu.id/abu-sarh-pengkhianat-atau-sahabat-nabi/)
- Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ’anhu (https://muslim.or.id/8725-biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html)
- Bukan Dalil untuk Bom Bunuh Diri (https://konsultasisyariah.com/31777-bukan-dalil-untuk-bom-bunuh-diri.html)
- Dua Penulis Wahyu yang Murtad (https://bincangsyariah.com/khazanah/dua-penulis-wahyu-yang-murtad/)
- Hukum Membunuh atau “Ngebom” Orang Kafir (https://rumaysho.com/379-hukum-membunuh-atau-qngebomq-orang-kafir.html)
- Hukum untuk Orang Murtad (https://konsultasisyariah.com/21701-hukum-untuk-orang-murtad.html)
- Jangan Salah Memahami Hadits Memerangi Orang Kafir (https://bimbinganislam.com/jangan-salah-memahami-hadits-memerangi-orang-kafir/)
- Kaidah-Kaidah dalam Berjihad (https://almanhaj.or.id/1888-kaidah-kaidah-dalam-berjihad.html)
- Kepahlawanan Al-Barra’ bin Malik dalam Perang Melawan Musailamah Sang Nabi Palsu (https://kisahmuslim.com/2784-kepahlawanan-al-barra-bin-malik-dalam-perang-melawan-musailamah-sang-nabi-palsu.html)
- Ketika Rasulullah Bermubahalah dengan Nasrani Najran (https://www.republika.co.id/berita/qb0uuy366/ketika-rasulullah-bermubahalah-dengan-nasrani-najran)
- Kisah Murtad dari Islam karena Sombong (https://kisahmuslim.com/3395-kisah-murtad-dari-islam-karena-sombong.html)
- Kisah Penaklukan Persia oleh Sahabat Umar bin Khattab (https://www.radiorodja.com/28996-kisah-penaklukan-persia-oleh-sahabat-umar-bin-khatab-faedah-sejarah-islam-ustadz-dr-ali-musri-m/)
- Kisah Sahabat Nabi: Abdullah bin Jahsyi, "Amirul Mukminin" Pertama (https://www.republika.co.id/berita/lla50h/kisah-sahabat-nabi-abdullah-bin-jahsyi-amirul-mukminin-pertama)
- Manhaj Dakwah di Jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala (https://almanhaj.or.id/13217-manhaj-dakwah-di-jalan-allah-subhanahu-wa-taala-2.html)
- Memahami Pengertian Ibadah (https://muslim.or.id/1677-memahami-pengertian-ibadah.html)
- Mengambil Pelajaran dari Perang Uhud (https://muslim.or.id/22234-mengambil-pelajaran-dari-perang-uhud.html)
- Menjaga Citra Islam di Mata Dunia (https://muslim.or.id/24200-menjaga-citra-islam-di-mata-dunia.html)
- Menyelisihi Bimbingan Rasulullah dalam Ibadah (https://saadus.wordpress.com/2020/05/07/menyelisihi-bimbingan-rasulullah-dalam-ibadah/)
- Misi Kaum Muslimin Menaklukkan Tanah Palestina (https://almanhaj.or.id/7103-misi-kaum-muslimin-menaklukkan-tanah-palestina-2.html)
- Pengagungan Darah Muslim (https://ikhwahmedia.wordpress.
com/2014/08/20/bab-1- pengagungan-darah-muslim-bag- 1/) - Perang Tabûk atau Al-‘Usrah (https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html)
- Sejarah Awal Mula Pemberontakan dalam Islam (https://almanhaj.or.id/6165-sejarah-awal-mula-pemberontakan-dalam-islam.html)
- Sejarah Perang Mu’tah (https://kisahmuslim.com/2477-sejarah-perang-mutah.html)
- Surat Dakwah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Para Penguasa dan Raja Kafir (https://almanhaj.or.id/4248-surat-dakwah-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-kepada-para-penguasa-dan-raja-kafir.html)
- Surat Nabi Muhammad untuk Nasrani (https://konsultasisyariah.com/26134-surat-nabi-muhammad-untuk-nasrani.html)
- Syari'at Hukum Potong Tangan (https://almanhaj.or.id/3132-syariat-hukum-potong-tangan.html)
Catatan kaki:
[1] Diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghiffari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“ (HR. Tirmidzi, dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash Shahihah hadits nomor 572)
[2] Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqosh radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya tidaklah Engkau menafkahkan sesuatu dengan niat ikhlas untuk mencari wajah Allah, melainkan Engkau akan diberi pahala karenanya, sampai-sampai apa yang Engkau berikan ke mulut isterimu (juga akan diberi pahala oleh Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
[4] Diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghiffari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Hubungan badan antara kalian (dengan isteri atau hamba sahaya kalian) adalah sedekah. Para sahabat lantas ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?’ Beliau menjawab, ‘Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa? Oleh karenanya jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala’.” (HR. Muslim)
[5] Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya), “Maka bertakwalah kalian kepada Allah sesuai dengan kemampuan kalian.” (QS. At Taghabun [64]: 16)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[6] Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, yang menceritakan bahwa, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu jika akan menyerang satu kaum, beliau tidak memerintahkan kami menyerang pada malam hari hingga menunggu waktu subuh. Apabila azan Shubuh terdengar, maka beliau tidak jadi menyerang. Namun bila tidak mendengarnya, maka beliau menyerang mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[7] Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan bahwa, “Al-Aqib dan As-Sayyid (gelar dua pemuka/orang terpandang) dari Najran mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk bermubahalah (saling melaknat) dengan beliau.
Salah satu dari mereka berkata kepada temannya; 'Jangan kamu lakukan, Demi Allah, Seandainya dia benar seorang nabi maka dia yang akan melaknat kita, hingga kita tidak akan pernah beruntung dan tidak punya keturunan lagi setelah kita'.
Kemudian keduanya berkata: 'Wahai Rasulullah! Kami akan memberikan apa yang engkau minta kepada kami. Oleh karena itu, utuslah orang kepercayaan engkau kepada kami. Dan jangan sekali-kali engkau mengutusnya kecuali memang orang itu sangat terpercaya.'
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan mengutus orang kepercayaan yang sebenar-benarnya."
Maka para sahabat merasa penasaran dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Berdirilah wahai Abu Ubaidah bin Jarrah!'
Setelah Abu Ubaidah bin Jarrah berdiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Dialah orang kepercayaan umat ini'.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan juga dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan bahwa, “Penduduk Yaman datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata: “Ya Rasulullah, kirimkanlah kepada kami seseorang yang dapat mengajari kami tentang sunnah dan Islam”. Beliau lalu menarik Abu Ubaidah seraya bersabda: “Inilah orangnya, dia adalah orang kepercayaan umat ini” (HR. Muslim)
[8] Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu ‘anhumaa, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus Mu’adz radhiyallahu 'anhu ke Yaman, beliau bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (yaitu Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’-
Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam.
Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir.
Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allâh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[9] Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 'Amal ibadah apa yang paling utama?' Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, 'Shalat pada waktunya'. Saya bertanya lagi, 'Kemudian apa lagi?' Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, 'Berbakti pada kedua orang tua'. Saya bertanya lagi, 'Kemudian apa lagi?' Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, 'Jihad di jalan Allah'.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[10] Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Allah tidak mendzalimi seorang mukmin atas amalan kebaikan yang dia lakukan, Allah membalas kebaikannya di dunia dan di akhirat. Adapun orang kafir maka Allah memberinya makanan (rizki) di dunia sebagai balasan atas kebaikannya, akan tetapi di akhirat nanti, maka kebaikannya tidak ada nilainya lagi dan dia tidak mendapatkan balasan apa-apa.” (HR. Muslim)
[11] Sebagaimana dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam QS. Al Ahzab [33] ayat 59: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.
Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa hikmah perintah memakai jilbab bagi wanita muslimah ada dua, yaitu (1) agar dikenali, sebagai ciri wanita muslim (2) terhindar dari berbagai gangguan. Tentunya hal ini terikat dengan syarat, jilbab yang dipakai sesuai dengan tuntunan syari'at (silakan baca di sini).
Ajaibnya, pertanyaan untuk menggugat kewajiban jilbab pun mirip dengan pertanyaan untuk menggugat hukuman bunuh bagi orang murtad. Menurut mereka, mewajibkan wanita untuk memakai jilbab berarti mengekang kebebasan wanita untuk mengeksresikan dirinya, padahal tidak ada paksaan dalam menjalankan syari'at Islam.
Seandainya mereka mau memahami, akan didapatkan bahwa jilbab adalah bentuk kasih sayang dan penjagaan Islam terhadap para wanita sebagai pemuliaan kepada mereka. Silakan simak tinjauan Jilbab: Antara Islam, Yahudi, dan Nasrani (klik pada tulisan).
Berikut saya kutip sebagian pembahasannya:
"Beberapa kalangan, terutama di belahan negara-negara Barat, mungkin cenderung untuk menertawakan bahwa kesederhanaan (modesty) berguna untuk perlindungan. Alasan mereka adalah perlindungan yang terbaik yaitu memperluaskan pendidikan, berperilaku yang sopan, dan pengendalian diri.
Kami akan mengatakan: semua itu baik tapi tidak cukup.
Jika tindakan yang ada dipandang perlindungan yang sudah cukup, lalu mengapa wanita-wanita di Amerika Utara saat ini tidak berani berjalan sendirian di kegelapan atau bahkan cemas melewati tempat parkir yang sepi?
Jika pendidikan adalah suatu penyelesaian lalu mengapa Universitas Queen yang terkenal pelayanan pendidikannya terpaksa harus mengantar pulang para mahasiswi di dalam kampus?
Jika pengendalian diri adalah jawabannya, lalu mengapa kasus pelecehan sex di tempat kerja diberitakan di media massa nyaris setiap hari ?"
[12] Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seekor keledai. Lalu beliau Shallallaahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: 'Wahai Mu’âdz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’
Aku menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’
Beliau bersabda, ‘Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun'.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Tujuan Hidup Manusia
- Islam Disebarkan dengan Pedang (?)
- Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
- Keutamaan Jihad di Jalan Allah (Video Kajian) 👍👍👍
- Lima Kebutuhan Penting (Dharuriyyatul Khams)
- Hukuman bagi Pelaku Zina
- Menjawab Syubhat Poligami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !