Bismillaahirrohmaanirrohiim
Walhamdulillaah,
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Wa ba'du
...
Larangan Kuburan Dibangun Kijing
Pertanyaan:
Mengapa kijing kuburan dilarang dalam islam?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan larangan meng-kijing kuburan. Di antaranya,
Pertama, keterangan Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu,
عَنْ أَبِى الْهَيَّاجِ الأَسَدِىِّ قَالَ قَالَ لِى عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ
Abul Hayyaj al Asadi menceritakan bahwa Ali bin Abi Tholib berpesan kepadanya, “Saya mengutusmu dengan membawa misi yang pernah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampaikan kepadaku, yaitu jangan engkau biarkan patung (gambar) melainkan engkau musnahkan dan jangan biarkan kubur tinggi dari tanah melainkan engkau ratakan.” (HR. Muslim no. 969).
Kedua, keterangan dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu,
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur, dan membuat bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970).
Keterangan:
Termasuk bentuk ‘membuat bangunan di atas kuburan’ adalah meng-kijing kuburan atau membuat cungkup di atas kuburan.
Ilustrasi, sumber: konsultasisyariah.com |
Keterangan Imam as-Syafi'i & Ulama Syafi'iyah
Dalam kitab al-Umm, Imam as-Syafi'i mengatakan,
وَأُحِبُّ أَنْ لَا يُبْنَى وَلَا يُجَصَّصَ فإن ذلك يُشْبِهُ الزِّينَةَ وَالْخُيَلَاءَ وَلَيْسَ الْمَوْتُ مَوْضِعَ وَاحِدٍ مِنْهُمَا ولم أَرَ قُبُورَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مُجَصَّصَةً
Saya menyukai agar kuburan tidak diberi bangunan di atasnya dan tidak pula disemen (di-aci). Karena semacam ini sama dengan menghias kuburan dan berbangga dengan kuburan. Sementara kematian sama sekali tidak layak untuk itu. Dan saya juga melihat kuburan para sahabat Muhajirin dan Anshar, kuburan mereka tidak disemen. (al-Umm, 1/277)
Imam as-Syafi'i rahimahullah juga menceritakan sikap para penguasa ketika itu,
وقد رَأَيْت من الْوُلَاةِ من يَهْدِمَ بِمَكَّةَ ما يُبْنَى فيها فلم أَرَ الْفُقَهَاءَ يَعِيبُونَ ذلك
Saya melihat para penguasa menghancurkan kijing dan cungkup yang ada di kuburan di Mekkah, dan saya tidak mengetahui adanya satupun ulama yang mengingkari perbuatan mereka. (al-Umm, 1/277)
Imam Nawawi – ulama Syafi'iyah – mengatakan,
أَنَّ السُّنَّةَ أَنَّ الْقَبْرَ لَا يُرْفَعُ عَلَى الْأَرْضِ رَفْعًا كَثِيرًا وَلَا يُسَنَّمُ بَلْ يُرْفَعُ نَحْوَ شِبْرٍ وَيُسَطَّحُ وَهَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ
“Yang sesuai ajaran Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – kubur itu tidak ditinggikan dari atas tanah. Yang dibolehkan hanyalah meninggikan satu jengkal dan hampir dilihat rata dengan tanah. Inilah pendapat dalam madzhab Syafi’i dan yang sepahaman dengannya.” (Syarh Shahih Muslim, 7/35).
Imam Nawawi di tempat lain juga menegaskan,
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ كَرَاهَةُ تَجْصِيصِ القبر والبناء عليه وَتَحْرِيمُ الْقُعُودُ وَالْمُرَادُ بِالْقُعُودِ الْجُلُوسُ عَلَيْه
“Terlarang memberikan semen pada kubur, dilarang mendirikan bangunan di atasnya, dan haram duduk di atas kubur.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 37).
Keterangan al-Qadhi Abu Syuja’ dalam Matan al-Ghayah wa at-Taqrib, beliau menyatakan,
ويسطح القبر ولا يبني عليه ولا يجصص
“Kubur itu diratakan, tidak boleh dibangun kijing atau cungkup di atasnya, dan tidak boleh kubur tersebut disemen (di-aci).” (Mukhtashor Abi Syuja’, hlm. 83).
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !