Bismillaahirrohmaanirrohiim
Walhamdulillaah,
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Wa ba'du
...
Ahlul Bait Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Siapakah Ahlul Bait?
Pertanyaan:
Siapakah ahlu bait Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, tolong dijelasin. Soalnya saya sering bingung…
Makasih.
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Kalimat ahlul bait terdiri dari dua kata: al-ahl [arab: أهل] dan al-bait [arab: البيت].
Dalam kamus Lisan Al-Arab, Ibnul Mandzur mendefinikan makna Al-Ahl yang memiliki makna berbeda-beda, sesuai kata sambungannya.
أهل المذهب من يدين به، وأهل الأمر ولاته، وأهل الرجل أخص الناس به، وأهل بيت النبي – صلى الله عليه وسلم – أزواجه وبناته وصهره، أعني عليا عليه السلام، وقيل نساء النبي – صلى الله عليه وسلم -. . .، وأهل كل نبي أمته
Kata Ahl jika digandengan dengan madzhab (ahlul madzhab) artinya orang yang menjadikan madzhab itu sebagai prinsip agama. Jika digandeng dengan kata Al-Amr (Ahlul Amri) artinya orang yang mengurusi masalah tersebut. Jika digandengkan dengan kata si A (ahlu si A) artinya, semua orang istimewa di sekitar si A. Jika digandengkan dengan bait nabi (ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), artinya para istri beliau, putri beliau, dan menantu beliau, yaitu Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam, ada juga yang mengatakan, ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam artinya semua wanita yang menjadi pendamping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam… jika digandengkan dengan nama semua nabi, maknannya adalah umatnya. (Lisan Al-Arab, 11/28).
Kesimpulan dari keterangan makna ahlu bait secara bahasa, bahwa ahlul bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya keturunan Bani Hasyim atau keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, (tetapi) termasuk juga para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kata Ahlu dalam Al-Qur'an
Ada beberapa ayat yang menyebutkan kata ahlu dalam Al-Qur'an. Dengan memahami ayat ini, kita bisa menyimpulkan makna kata ahlu dalam bahasa Al-Qur'an,
Pertama, kisah Allah tentang Ibrahim
Di surat Hud ayat 69 hingga 73, Allah menceritakan tentang Ibrahim yang kedatangan tamu malaikat. Tamu itu disuguhi daging anak sapi panggang, namun mereka tidak menyentuhnya. Mereka memberitahukan misi kedatangannya dan memberi kabar gembira bahwa istri pertama Ibrahim, Ibunda Sarah akan dikaruniai seorang anak bernama Ishaq. Sarah yang waktu itu ada di rumah merasa sangat bahagia bercampur keheranan, sambil tertawa. Di akhir kisah di rumah Ibrahim, Allah menceritakan jawaban Malaikat atas keheranan Sarah,
قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu (wahai Sarah) merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kalian, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (QS. Hud: 73).
Ahlu bait Ibrahim pada ayat di atas adalah istri beliau, ibunda Sarah radhiyallahu ‘anha. Karena, ketika malaikat ini mendatangi kepada Ibrahim, beliau belum memiliki keturunan dari istrinya, Sarah.
Kedua, kisah Allah tentang Musa, sekembalinya dari negeri Madyan
Nabi Musa dinikahkan oleh orang soleh penduduk Madyan dengan putrinya. Maharnya, menjadi pegawai orang itu selama 8 tahun. Setelah berlaku masa pengabdian kepada mertuanya, Musa kembali ke Mesir untuk membebaskan bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Ketika di perjalanan, Musa melihat api. Allah ceritakan,
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
Tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan Dia berangkat dengan ahlunya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada ahlunya: “Tunggulah (di sini), Sesungguhnya aku melihat api, Mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”. (QS. Al-Qashas: 29).
Allah sebut, istri Nabi Musa ‘alaihis salam dengan ahlu-nya, ahlu Musa. Karena istri jelas bagian dari ahlul bait.
Ketiga, tentang perintah Allah kepada para istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tidak tabarruj dan berdiam di rumah,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab: 33)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu mengatakan,
قوله: { إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ } قال: نزلت في نساء النبي صلى الله عليه وسلم خاصة
“Firman Allah di atas turun khusus terkait para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:410)
Ikrimah rahimahullah (ahli tafsir generasi tabi'in) mengatakan,
من شاء بأهل بيته أنها نزلت في أزواج النبي صلى الله عليه وسلم
“Siapa yang ingin mengetahui ahlul bait beliau, sesungguhnya ayat ini turun tentang para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:411)
Tafsir inilah yang ditegaskan oleh As-Syaukani dalam Fathul Qadir,
قال ابن عباس وعكرمة وعطاء والكلبي ومقاتل وسعيد بن جبير: إن أهل البيت المذكورين في الآية هن زوجات النبي – صلى الله عليه وسلم – خاصة
Ibnu Abbas, Ikrimah, Atha, Al-Kalbi, Muqatil, dan Said bin Jubair mengatakan: ‘Bahwa makna ahlul bait yang disebutkan dalam ayat (Al-Ahzab: 33) adalah para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja. (Fathul Qadir, 4/321).
Ahlu Bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Hadits
Mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutthalib.
Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطِيبًا فِينَا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ ؛ فَحَمِدَ اللَّهَ تَعَالَى وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ : …وَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ – فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ – قَالَ : وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي
Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan kami, di dekat mata air, namanya Khum, antara Mekah dan Madinah. Beliau memuji Allah dan memberi nasehat. Kemudian beliau bersabda, “… Aku tinggalkan di tengah kalian dua hal, yang pertama kitabullah. Di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Ambillah kitabullah, dan pegangi kuat-kuat – beliau memotivasi untuk berpegang dengan kitabullah. Kemudian beliau bersabda: “Dan ahlu baitku. Aku ingatkan kalian di hadapan Allah tentang ahlu baitku… Aku ingatkan kalian di hadapan Allah tentang ahlu baitku… Aku ingatkan kalian di hadapan Allah tentang ahlu baitku.”
Setelah menyampaikan hadis ini, Hushoin bertanya kepada Zaid, ‘Siapakah yang dimaksud ahlu bait beliau, wahai Zaid? Bukankah para istri beliau termasuk ahlu bait beliau?’
Jawab Zaid,
إِنَّ نِسَاءَهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنَّ أَهْلَ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ.. هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ
Istri beliau termasuk ahlu bait, namun termasuk ahlu bait beliau adalah orang yang haram menerima zakat setelah beliau.. Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas. (HR. Ahmad 18464 dan Muslim 2408).
Ali, Aqil, Ja’far, dan Abbas, semuanya adalah Bani Hasyim.
Sementara dalil bahwa Bani Mutthalib termasuk ahlul bait adalah hadits dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا بَنُو الْمُطَّلِبِ وَبَنُو هَاشِمٍ شَيْءٌ وَاحِدٌ
“Bani Mutthalib dan Bani Hasyim adalah satu kesatuan.” (HR. Bukhari 2907, An-Nasai 4067 dan yang lainnya).
Al-Mutthalib adalah saudara Hasyim. Hasyim memiliki anak, namanya Syaibah.
Hasyim meninggal ketika Syaibah masih kecil. Kemudian dia (Syaibah) dibawa oleh pamannya, Al-Mutthalib ke Mekah. Setelah itu, orang mengenal Syaibah dengan julukan Abdul Mutthalib.
Syaibah atau Abdul Mutthalib adalah kakek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kesimpulannya: Ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para istri beliau, keturunan beliau, Bani Hasyim, dan Bani Mutthalib.
Allahu a’lam.
Ilustrasi, sumber: muslimah.or.id
Istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Syi'ah
Syi'ah mengaku bahwa mereka adalah pembela ahlul bait. Mengaku kelompok paling mencintai ahlul bait. Tapi, pada kesempatan yang sama, mereka melaknat para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama A’isyah dan Hafshah. Bahkan salah satu bagian syahadat mereka adalah mengutuk A’isyah dan Hafshah, dan menegaskan bahwa mereka di neraka.
Anda bisa simak video berikut:
- Pasien Terakhir
- Dialog Muslimah Sunni dengan Syi'ah
- Perdebatan Imam Ja’far Ash-Shadiq Dengan Seorang Syi'ah
- Sejarah Terbunuhnya Husein Radliyallaahu 'anhumaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !