Bismillaahirrohmaanirrohiim
Walhamdulillaah,
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Wa ba'du
....
Walhamdulillaah,
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Wa ba'du
....
Sifat Qudrah (Berkuasa) Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Disusun oleh:
Ust. Abu Isma’il Muslim al-Atsari hafidhahullah
Ust. Abu Isma’il Muslim al-Atsari hafidhahullah
.
Allâh
Azza wa Jalla memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan suci bersih dari
segala sifat kekurangan. Di antara sifat kesempurnaan Allâh adalah
sifat qudrah (berkuasa), yaitu Allâh Azza wa Jalla berkuasa
atas segala sesuatu. Allâh Azza wa Jalla memberitahukan tentang ini
dalam banyak tempat di al-Qur’an.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah,
“Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan! Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. Ali ‘Imrân [3]:26
Kalimat bahwa Allâh “Maha Kuasa atas segala sesuatu” berulang kali disebutkan dalam al-Qur’an sampai 36 kali.
Sifat qudrah Allâh Azza wa Jalla juga bisa difahami dari salah satu nama Allâh, yaitu al-Qâdir. Yang berarti memiliki sifat qudrah (kekuasaan). Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ
هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ
فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا
وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah, “Dialah al-Qâdir
(Yang Maha Berkuasa) untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu
atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada
sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa
Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka
memahami(nya)..”
QS. Al-An’âm [6]: 65
Demikian pula sifat qudrah Allâh (Allâh Maha Kuasa) disebutkan dalam hadits yang banyak sekali.
عَنْ
عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ الثَّقَفِيِّ، أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعًا يَجِدُهُ فِي جَسَدِهِ
مُنْذُ أَسْلَمَ
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ، وَقُلْ بِاسْمِ اللهِ
ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ
شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Dari
Utsman bin Abul ‘Ash ats-Tsaqafi, bahwa dia mengadukan kepada
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam rasa sakit di tubuhnya sejak ia
masuk Islam.
Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya, “Letakkan tanganmu pada tempat yang sakit di tubuhmu, dan
bacalah bismillah tiga kali, lalu bacalah sebanyak tujuh kali:
أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Aku berlindung kepada Allâh dan kekuasaan-Nya dari keburukan yang sedang aku rasakan dan yang aku khawatirkan.”
HR. Muslim, no. 2202
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Madzhab (jalan yang
diyakini) Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah Allâh Azza wa Jalla itu
Pencipta segala sesuatu, Penguasanya, dan Pemiliknya. Tidak ada Rabb
(Penguasa) selain Dia dan tidak ada Pencipta selain Dia. Apa yang Dia
kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan
terjadi. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Maha Mengetahui
atas segala sesuatu”. [Majmû’ Fatâwâ, 8/63]
Imam
al-Khathâbi rahimahullah berkata, “Allâh mensifati diri-Nya bahwa Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu yang Dia kehendaki, kelemahan dan
kelelahan tidak mengenai-Nya”. [Sya’nud Du’a, hlm. 85]
Bukti-Bukti Qudrah Allâh Azza Wa Jalla
Banyak sekali bukti yang Allâh tunjukkan kepada manusia tentang qudrah (kekuasaan Allâh), agar mereka mau tunduk, merendahkan diri dan bertawakkal kepada-Nya.
Penciptaan Langit
Di
antara bukti nyata kekuasaan Allâh adalah penciptaan langit yang ada di
atas kita. Tingginya langit, benda-benda langit, matahari, bulan,
bintang, awan, semuanya bukti nyata kekuasaan Allâh Azza wa Jalla.
Aturan di dunia ini menetapkan bahwa segala sesuatu yang di atas harus
ada penyangganya agar tidak jatuh. Tetapi Allâh Azza wa Jalla
meninggikan langit dengan tanpa tiang!
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allâh-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat..
QS. Ar-Ra’du [13]: 2
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Firman Allâh ‘tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat’, diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid,
Al-Hasan, dan Qatadah, bahwa mereka berkata, “Langit itu memiliki tiang,
akan tetapi tidak terlihat oleh kalian.” Iyaas bin Mu’awiyah berkata,
“Langit di atas bumi seperti kubah”, yakni tanpa tiang. Demikian juga
yang diriwayatkan dari Qatadah. (Pendapat) ini yang sesuai dengan
rangkaian kalimat. Dan ini juga yang tampak dari firman Allâh Azza wa
Jalla :
وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ
Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya.
QS. Al-Hajj [22]: 65
Berdasarkan
ini, maka firman Allâh, “(sebagaimana) yang kamu lihat” merupakan
penegas akan tidak adanya tiang.. Yaitu: langit ditinggikan dengan tanpa
tiang sebagaimana kamu melihatnya. Inilah qudrah (kekuasaan) yang paling sempurna”.. [Tafsir Ibnu Katsir, 4/429, tahqiq: Salamah]
Penciptaan Bumi
Sesungguhnya
penciptaan bumi dan segala makhluk yang ada di atasnya termasuk tanda
kekuasaan Allâh yang bisa membuat akal tercengang dan bisa menundukkan
jiwa. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) bagi orang-orang yang yakin.
QS. Adz-Dzariyyat [51]: 20
Datarannya,
ada yang rendah dan ada yang tingginya, padang rumput dan padang
pasirnya, gunung dan pantainya, sungai dan lautannya, beragam tanaman
dan binatangnya, semua itu bukti keagungan, kebesaran, keesaan, dan
kekuasaan Penciptanya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan
Allâh telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki.
Allâh menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allâh Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
QS. An-Nûr [24]: 45
Penciptaan Manusia
Penciptaan
manusia, fase-fase kehidupannya, kelahiran dan kematiannya, lemah dan
kuat, sungguh merupakan bukti nyata kekuasaan Sang Khaliq yang Maha
Kuasa. Fase-fase janin di dalam perut ibunya, yang tumbuh sedikit demi
sedikit perkembangannya, sampai Allâh idzinkan kelahirannya di dunia
dalam keadaan lemah tanpa daya, kemudian menjadi kuat perkasa, akhirnya
kembali lemah sehingga kematian menjemputnya, benar-benar sebagai
pelajaran berharga, dan tanda kekuasaan Allâh yang nyata. Maha Suci
Allâh sebaik-baik Pencipta. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً
ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allâh,
Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa.
QS. Ar-Rûm [30]: 54
Qudrah Allâh Tidak Berkaitan Dengan Mustahîlât
Semua yang ada ini terbagi menjadi tiga: Wâjibât, Mumkinât, dan Mustahîlât.
Wâjibât
Wâjibât adalah
sesuatu yang wajib ada. Yaitu sesuatu yang keberadaannya tidak
didahului dengan tidak ada, dan tidak diakhiri dengan tidak ada.
Contohnya adalah Allâh Azza wa Jalla disebut dengan wâjibul wujud.
Karena keberadaan-Nya tidak didahului dengan tidak ada, dan tidak
diakhiri dengan tidak ada. Keberadaan Allâh itu abadiy dan azaliy.
Azaliy artinya ada semenjak dahulu, tidak didahului dengan tidak ada.
Sedangkan abadiy artinya terus ada dan tidak diakhiri dengan kebinasaan.
Mumkinât
Mumkinât atau jâizât,
yaitu segala sesuatu yang bisa ada atau bisa tidak ada. Atau sesuatu
yang diadakan dari yang sebelumnya tidak ada, kemudian akan menjadi
tidak ada lagi. Ini disebut mumkinât atau jâizât, contohnya adalah seluruh makhluk yang ada ini.
Mustahîlât
Mustahîlât adalah segala sesuatu yang tidak ada wujudnya. Tidak layak Allâh Azza wa Jalla menciptakan mustahîlât, bukan karena Allâh lemah (tidak kuasa), tetapi karena qudrah Allâh Azza wa Jalla tidak berkaitan dengan mustahîlât. Contoh mustahîlât adalah Allâh punya istri, anak, sekutu atau pembantu. Karena mustahîlât tersebut merupakan cacat yang tidak pantas bagi Allâh Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia
Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia
tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu.
QS. Al-An’aam [6]: 101
Keyakinan Ahlus Sunnah, bahwa qudrah Allâh tidak berkaitan dengan mustahîlât, sebagai sifat kesempurnaan Allâh Azza wa Jalla. Karena adanya mustahilaat itu merupakan cacat bagi-Nya.
Bagaimana
Allâh memiliki sekutu, sedangkan Dia merupakan Rabb (Penguasa) seluruh
makhluk, Dia Maha Esa, dan Tempat bergantung seluruh makhluk?!
Bagaimana Allâh memiliki istri atau anak, sedangkan Dia merupakan Pencipta dan Pemilik segala sesuatu?!
Dari
sini kita bisa menjawab pertanyaan orang yang mengatakan, “Apakah Allâh
Azza wa Jalla mampu menciptakan sekutu bagi diri-Nya?” Atau “Apakah
Allâh mampu membinasakan diri-Nya?” Atau “Apakah Allâh mampu
menciptakan sesuatu yang sangat besar dan Dia tidak mampu
mengangkatnya?”
Jawaban untuk pertanyaan itu semua dan semisalnya adalah bahwa itu semua adalah mustahîlât, dan qudrah Allâh tidak berkaitan dengan mustahîlât.
Sebagaimana
pandangan mata tidak berkaitan dengan mendengar suara. Pendengaran
telinga tidak berkaitan dengan melihat benda. Begitu pula qudrah Allâh tidak berkaitan dengan mustahîlât.
Wallâhu a’lam.
Dampak Iman Kepada Qudrah Allâh Azza wa Jalla
Meyakini sifat Allâh Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu akan membuahkan faedah-faedah bagi hamba, antara lain:
Takut Kepada Balasan Dan Siksa-Nya
Jika
seseorang beriman bahwa Allâh Maha Kuasa atas segala, maka dia akan
mengagungkan Allâh dan mengingat kekuasaan-Nya. Dia mengetahuinya dimana
saja berada dan dia di bawah kekuasaan-Nya. Allâh Yang Maha memberi dan
menolak, meninggikan dan merendahkan, memuliakan dan menghinakan, dan
tidak ada sesuatupun yang bisa menolak atau melindungi dari siksaan-Nya.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
Adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya sorga adalah tempat
tinggal(nya).
QS. An-Nazi’at [79]: 40-41
Imam
Ibnul Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata, “Seorang hamba wajib
takut dan berharap (kepada Allâh). Dan takut yang benar dan terpuji
yaitu yang bisa menghalangi pemiliknya dari hal-hal yang diharamkan oleh
Allâh Azza wa Jalla. Jika takut itu melewati batas, dikhawatirkan dia
jatuh kepada sikap putus asa.” [Syarh Aqîdah Thahâwiyah, hlm. 371, penerbit: al-Maktabul Islami, takhrij: Al-Albani]
Beliau
juga mengatakan, “Setiap orang yang engkau takuti, maka engkau lari
menjauhinya, kecuali takut kepada Allâh Azza wa Jalla. Karena
sesungguhnya jika engkau takut kepada-Nya, niscaya engkau berlari
mendekatnya” [Syarh Aqîdah Thahâwiyah, hlm.372, penerbit: al-Maktabul Islami, takhrij: Al-Albani]
Tidak Menzhalimi Orang Lain
Seseorang
yang meyakini bahwa Allâh Azza wa Jalla menguasai segala sesuatu,
dengan kekuasaan yang mutlak, maka dia tidak akan berani menzhalimi
orang lain. Karena walaupun dia melihat kekuatannya melebihi orang lain,
tetapi dia mengetahui bahwa kekuatan dan kekuasaan Allâh di atas
kekuatannya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan seorang Sahabatnya dengan qudrah Allâh, ketika dia sedang memukuli budaknya, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih berikut ini:
عَنْ
إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ أَبُو مَسْعُودٍ
الْبَدْرِيُّ: كُنْتُ أَضْرِبُ غُلَامًا لِي بِالسَّوْطِ، فَسَمِعْتُ
صَوْتًا مِنْ خَلْفِي، «اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ»، فَلَمْ أَفْهَمِ
الصَّوْتَ مِنَ الْغَضَبِ، قَالَ: فَلَمَّا دَنَا مِنِّي إِذَا هُوَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا هُوَ يَقُولُ:
«اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ، اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ»، قَالَ:
فَأَلْقَيْتُ السَّوْطَ مِنْ يَدِي، فَقَالَ: «اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ،
أَنَّ اللهَ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَى هَذَا الْغُلَامِ»، قَالَ:
فَقُلْتُ: لَا أَضْرِبُ مَمْلُوكًا بَعْدَهُ أَبَدًا
Dari
Ibrahim at-Taimiy, dari bapaknya, dia berkata: Abu Mas’ud al-Badriy
berkata, “Aku memukul budakku dengan cambuk, lalu aku mendengar suara
dari belakangku, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!”. Aku tidak memahami
suara itu karena marah. Ketika dia mendekat kepadaku, ternyata dia
adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah,
wahai Abu Mas’ud!” Aku menjatuhkan cambuk dari tanganku, Beliau
bersabda, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud, bahwa Allâh lebih berkuasa
kepadamu daripada kuasamu terhadap budak ini!”. Abu Mas’ud berkata, “Aku
tidak memukul budak setelah itu selamanya”.
HR. Muslim, no. 1659
Demikianlah sedikit pembahasan tentang sifat qudrah Allâh Azza wa Jalla, semoga kita selalu muraqabah dan khasy-yah kepada-Nya, sehingga menghalangi dari kemaksiatan dan kezhaliman.
Wallâhul Musta’an.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XXI/1439H/2017M. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak
Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
*****
.
Sumber: almanhaj.or.id
Subhanakallohumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !