Bismillaahirrohmaanirrohiim
Walhamdulillaah,
Wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillaah Muhammad Shollalloohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Wa ba'du
...
Hadits Shahih tentang Kisah Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa 'alaihimussalaam
Disusun oleh:
Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari hafidhahullaah
NABI ADAM DAN MALAIKAT MAUT
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia bercerita: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Ketika
Allah Ta’ala menciptakan Adam ‘alaihissalam, Allah Subhanahu wa
ta’ala mengusap punggungnya, lalu keluarlah dari punggungnya keringat
yang dengannya Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan anak keturunannya
sampai hari kiamat kelak, dan menjadikan pada setiap orang mata dari
cahaya, setelah itu mereka ditampakkan kepada Adam.
Adam
bertanya kepada Allah: “Ya Rabb, siapakah mereka?” Allah Subhanahu wa
ta’ala menjawab: “Mereka semua adalah anak keturunanmu”.
Lalu Adam
melihat ada seseorang yang menakjubkannya, dengan sinarnya yang terang
pada kedua matanya. Lantas beliau menanyakan kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala: “Ya Rabb, siapakah orang itu?” Allah Subhanahu wa ta’ala
menjawab: “Dia adalah keturunanmu yang berada nanti di akhir zaman, ia
dipanggil dengan nama Dawud”.
Beliau menimpali: “Ya Allah, berapa
Engkau jadikan umurnya?” Allah Subhanahu wa ta’ala menjawab: “Enam
puluh tahun”.
"Ya Allah, tambahkan padanya empat puluh tahun dari umurku,”
tambah Adam.
Tatkala
sudah saatnya Adam meninggal, maka dirinya didatangi malaikat maut. Akan tetapi Adam enggan dan mendebatnya: “Bukankah masih tersisa umurku
empat puluh tahun lagi?” Malaikat tersebut menjawab: “Bukankah telah
kamu berikan kepada keturunanmu Dawud?.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam meneruskan: “Adam mengingkari janjinya,
maka anak keturunannya pun sama suka ingkar. Adam lupa dengan janjinya,
sehingga anak keturunannya pun sama. Adam alpa maka anak keturunannya
pun menirunya”.
Hadits
ini shahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Sa’di di dalam
ath-Thabaqaat, dan al-Hakim, beliau men-shahih-kan hadits ini dan
disepakati oleh Imam adz-Dzahabi.
Berkata
Imam at-Tirmidzi mengomentari hadits ini: “Hadits Hasan Shahih“. Dan
hadits ini mempunyai penguat dari haditsnya Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma.
TIGA KEDUSTAAN YANG DILAKUKAN NABI IBRAHIM 'ALAIHISSALLAM
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam tidak pernah sama sekali berdusta dalam hidupnya
kecuali tiga kali. Adapun dustanya yang kedua kali adalah berkaitan
dengan Dzatnya Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu yang telah tercantum
dalam firman Allah Ta’ala:
قال الله تعالى : فَقَالَ إِنِّي سَقِيم (سورة الصافات: 89).
“Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku sakit“. [QS. ash-Shaffat/37: 89].
Dan yang kedua, sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah Ta’ala:
قال الله تعالى : قَالَ بَلۡ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمۡ هَٰذَا فَسَۡٔلُوهُمۡ إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ (سورة الأنبياء : 63).
“Ibrahim
menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, Maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.
[QS. al-Anbiyaa’/21: 63].
Adapun
yang terakhir adalah dustanya tentang Sarah (istrinya).
Kisahnya, pada
suatu ketika Ibrahim pernah mendatangi sebuah negeri yang dipimpin oleh
raja yang fajir, dan beliau bersama istrinya Sarah. Dia adalah seorang
wanita yang sangat cantik.
Maka
Ibrahim mewanti istrinya: “Sesungguhnya raja yang fajir ini, jika
sampai mengetahui engkau adalah istriku, tentu ia akan mengambilmu
dariku secara paksa. Oleh karena itu, apabila ia menanyakan kamu,
kabarkan padanya bahwa kamu adalah saudaraku. Engkau adalah saudaraku
se-Islam, karena saya tidak mengetahui ada di dalam negeri ini seorang
muslimpun selain aku dan dirimu”.
Maka
ketika mereka berdua telah memasuki kota, ada beberapa punggawa raja
fajir yang melihatnya, dengan cepat ada yang segera melapor padanya, "Sungguh telah datang di negerimu seorang perempuan yang sangat menawan,
tidak layak dimiliki melainkan olehmu," kata orang tersebut.
Sang
raja langsung mengutus untuk mendatangkan Sarah ke hadapannya. Kemudian
tidak berapa lama ia pun dibawa menghadap. Sedangkan di kejauhan sana,
Ibrahim berdiri mengerjakan sholat.
Tatkala
Sarah memasuki istananya, sang raja tidak sabar lagi, maka dengan
segera ia menjulurkan kedua tangannya untuk memeluknya. Namun tangannya
terkunci dengan kuat, sehingga ia tidak sanggup untuk melepasnya.
Lalu
ia berkata padanya: “Berdo’alah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,
agar melepaskan kedua tanganku ini, saya berjanji tidak akan
menyakitimu”. Sarah menuruti kemauannya. Tatkala telah terlepas ia
mengulurkan tangannya ingin memeluknya, akan tetapi, kedua tangan
terkunci kembali, dan sekarang lebih keras dari yang pertama. Ia lalu
meminta supaya dido’akan agar dilepas kuncian tangannya oleh Allah
Subhanahu wa ta’ala. Sarah pun melakukannya. Namun, ketika terlepas ia
mengulangi kembali ingin memeluknya. Akan tetapi kedua tangannya
kembali terkunci, bahkan lebih keras lagi dari yang sebelumnya.
Ia
lalu menyeru padanya: “Doa’kanlah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,
supaya melepaskan tanganku, demi Allah, saya berjanji tidak akan
menyakitimu”. Sarah lalu menuruti permintaannya, maka kedua tanganya
terlepas.
Kemudian sang
raja memanggil orang yang membawa Sarah di hadapannya: “Wahai kamu, apa
yang kamu bawa ini, sesungguhnya engkau membawa setan padaku, bukan
seorang manusia! Bawa ia keluar dari negeriku dan berilah ia seorang
budak, Hajar”.
Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian melanjutkan: “Kemudian
Sarah berpaling darinya, berjalan meninggalkannya. Tatkala Ibrahim
‘alaihissalam melihatnya, ia segera menyudahi sholatnya lalu menyambut
istrinya, dan menanyakan kabarnya: “Apa yang terjadi?"
"Baik, Allah
Subhanahu wa ta’ala telah menahan untukku dari jamahan tangan orang
fajir, dan ia memberi kita seorang pembantu”.
Berkata Abu Hurairah: “Itulah ibu kalian, wahai Bani Maa-is Sama (air yang turun dari langit)”.
Hadits ini shahih, dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim.
Ilustrasi, sumber: goodreads.com |
NABI MUSA 'ALAIHISSALAM DAN MALAIKAT MAUT
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia bercerita: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Nabi Musa ‘alaihissalam dulu pernah didatangi malaikat maut, lalu berkata kepadanya: “Penuhi panggilan Rabbmu”.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Maka Musa ‘alaihissalam
memukul mata malaikat maut tadi, sampai terlepas. Akhirnya malaikat
tersebut kembali menghadap Allah 'Azza wa jalla, lalu mengadu kepada-Nya, seraya mengatakan: “Sesungguhnya Engkau telah mengutus hamba
kepada seseorang yang belum ingin meninggal, dan ia telah memukul
mataku”.
Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala mengembalikan matanya.
Lalu berfirman kepadanya: “Kembalilah kamu kepada hamba-Ku, lantas
katakan padanya, kamu ingin hidup? Kalau sekiranya kamu ingin tetap
hidup maka letakkan kedua tanganmu di atas bulu sapi jantan, apa yang
tertutupi oleh tanganmu, maka satu helai sama dengan hidupmu satu
tahun”.
Kemudian ia
kembali kepada Musa, lalu mengatakan seperti yang diperintahkan oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala. Musa bertanya: “Setelah itu apa?" Malaikat
tersebut menjawab: “Setelah itu kamu mati!" Musa mengatakan: “Bahkan
sekarang, Ya Allah, matikanlah diriku di tempat yang suci dekat dengan
bebatuan”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
وَاللَّهِ لَوْ أَنِّي عِنْدَهُ لَأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ
“Demi
Allah, kalau sekiranya saya berada di sisinya, tentu akan saya beritahu
kalian kuburannya yang berada di sisi jalan di tumpukan bukit berpasir
yang berwarna merah“.
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
NABI MUSA 'ALAIHISSALAM DAN BATU
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Dulu
kebiasaan yang terjadi di kalangan Bani Isra’il adalah mereka biasa
mandi dalam keadaan telanjang bulat, yang satu sama lain bisa saling
melihat auratnya masing-masing. Adapun Musa ‘alaihissalam maka beliau
biasa mandi dengan menyendiri. Sehingga pada suatu ketika kaumnya
berkata: “Demi Allah, tidaklah Musa enggan mandi bersama kita melainkan
karena dirinya punya aib”.
Pada
suatu hari Musa ‘alaihissalam pergi mandi di sungai lalu meletakan
bajunya di atas sebuah batu,. Ketika ia sedang mandi, batu tersebut
berjalan dengan membawa bajunya. Maka Musa mengejarnya, sambil
berteriak: “Wahai batu, bajuku! Wahai batu, bajuku!"
Sedangkan kaumnya
yang sedang memperhatikan dirinya akhirnya melihat Musa berada tanpa
berpakaian, sehingga mereka saling mengatakan: “Demi Allah, Musa tidak
terkena penyakit apa-apa”.
Akhirnya Musa dapat mengejar batu tersebut lalu berdiri di atasnya, dan mengambil pakaiannya, kemudian memukul batu tersebut”.
Abu
Hurairah mengatakan: “Sungguh demi Allah Subhanahu wa ta’ala,
sesungguhnya di atas batu tersebut ada bekas enam atau tujuh pukulan
yang dilakukan oleh Musa ‘alaihissalam, kemudian turun ayat:
قال
الله تعالى : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَكُونُواْ
كَٱلَّذِينَ ءَاذَوۡاْ مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ ٱللَّهُ مِمَّا قَالُواْۚ
وَكَانَ عِندَ ٱللَّهِ وَجِيْهًا [سورة الأحزاب : 69 ].
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang
yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan
yang mereka katakan. Dan adalah dia (Musa) seorang yang mempunyai kedudukan
terhormat di sisi Allah.” [QS. al-Ahzab/33: 69].
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
[Penulis: Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari, Penerjemah: Abu Umamah
Arif Hidayatullah. Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan
Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
Subhanakallohumma wa bihamdihi,
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi antum yang ingin memberikan komentar, harap tidak menyertakan gambar/foto makhluk hidup. Bila tetap menyertakan, posting komentar tidak akan saya tampilkan. Syukron !